Ikan Drakula Ditemukan di Sungai Mekong


Rata-rata tiga spesies baru ditemukan ilmuwan setiap minggunya di lokasi ini.
Senin, 11 Oktober 2010, 06:24 WIB

Ismoko Widjaya

 

(WWF| Telegraph)

VIVAnews – Sungai Mekong yang melintasi lima negara di Asia Tenggara ternyata begitu banyak menyimpan spesies langka di muka bumi ini. Baru-baru ini para ahli menemukan 145 spesies baru di sungai raksasa itu.

Seperti dilansir Telegraph.co.uk, yang paling menonjol dari spesies langka itu adalah  Tokek Bibir Merah, Ikan Drakula, dan tanaman karnivora setinggi tujuh meter.

Sungai Mekong yang melintasi Kamboja, Laos, Myanmar, Thailand dan provinsi Cina selatan Yunnan itu merupakan rumah bagi beberapa spesies yang paling terancam di bumi. Mulai dari harimau dan gajah Asia, lumba-lumba Mekong dan sotong raksasa.

Katalog hewan dan tumbuhan jenis baru dan  langka itu telah dirilis dalam laporan (WWF) baru World Wildlife Fund. WWF juga menyerukan untuk melindungi keanekaragaman hayati wilayah itu. Continue reading “Ikan Drakula Ditemukan di Sungai Mekong”

Membesarkan Bawal Air Tawar


SELAIN gurami dan patin, ada satu lagi jenis ikan air tawar yang kini menjadi primadona di sektor perikanan. Dialah bawal (Colossoma macropomum), yang ukuran badannya relatif besar, daging gurih, dan tidak banyak duri.

Ada dua jenis bawal, yaitu bawal air laut dan bawal air tawar. Bawal air laut pernah kita jumpai di sejumlah mal, dalam bentuk ikan asin yang sedap. Ternyata, rasa daging bawal air tawar tak kalah lezat dari bawal air laut, bahkan menyerupai rasa daging gurami.

Jika ingin memeliharanya, dianjurkan untuk memulainya dari pembesaran dulu. Jika telah berpengalaman, bisa saja memijahkan sendiri.

Pembesaran bisa dilakukan di kolam tanah maupun kolam permanen. Anda pun dapat menerapkan sistem monokultur (hanya bawal) maupun polikultur (dicampur jenis ikan lain).

Untuk memulai usaha ini, Anda harus membangun kolam. Ada beberapa persyaratan ideal tentang kolam ikan bawal. Pertama, tanah kolam bertekstur liat lempung, tidak porous, subur, dan mempunyai sudut kemiringan 3-5 %. Kedua, lokasi kolam berada di ketinggian 50-400 m dpl.

Ketiga, air kolam bebas dari pencemaran bahan-bahan kimia, minyak, dan limbah pabrik, dengan pH 7-8, dan suhu air 20-28 derajat Celcius. Keempat, dasar kolam berlumpur, tetapi tidak terlalu keruh. Tinggi air dalam kolam 80-100 cm.

Jika sudah jadi, kolam dikeringkan sampai tanah dasarnya benar-benar kering.

Pengeringan tanah dasar dimaksudkan untuk membasmi ikan-ikan predator atau kompetitor, mengurangi senyawa asam sulfida (H2S) dan senyawa beracun lainnya yang terbentuk selama kolam terendam, serta menjamin pertukaran udara (aerasi) yang baik di pelataran kolam. Continue reading “Membesarkan Bawal Air Tawar”

Mengagumi Keindahan Gurami Hias


Gurami memang salah satu jenis ikan air tawar paling populer di Indonesia. Hampir semua resto memiliki sajian gurami dalam aneka bumbu. Tetapi gurami bukan hanya enak disantap. Beberapa jenis ikan ini juga enak dipandang,
terutama jenis-jenis gurami hias. Anda ingin mengoleksinya?

GURAMI hias mungkin belum terlalu populer di Indonesia. Bahkan sebagian besar masyarakat kita belum tahu kalau ada jenis gurami hias. ”Setahu saya, gurami itu enak dimakan,” tutur Arief Aryadi, warga Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.

Sleman termasuk salah satu sentra budi daya gurami di Indonesia, terutama di Kecamatan Turi dan Depok. Puluhan pembudidaya gurami bisa dijumpai di dua wilayah tersebut, yang sebagian besar hasil panennya habis untuk memenuhi resto-resto di DIY.

Di Jawa Tengah, ikan ini banyak dibudidayakan di Banyumas dan Purbalingga. Itu sebabnya, masyarakat di Jateng dan DIY sudah tidak asing lagi dengan keberadaan ikan yang panjang tubuhnya bisa mencapai 65 cm tersebut. Tetapi mereka pada umumnya tak tahu kalau ada beberapa jenis gurami yang bisa dikelompokkan sebagai ikan hias. Kemunculan gurami hias baru diketahui pada dekade 1990-an, terutama di India, Srilanka, serta Bangladesh. Continue reading “Mengagumi Keindahan Gurami Hias”

Ikan Air Tawar Terbesar Beratnya Setengah Ton


SEEKOR ikan pari raksasa jenis stingray yang ditangkap di Thailand ini diklaim sebagai ikan air tawar terbesar. Betapa tidak, beratnya saja diperkirakan mencapai 450 kg atau hampir setengah ton.

Lebar bentangan tubuhnya sekitar 2 meter dan panjang 2,1 meter. Saat ditemukan, ekornya tidak ada. Jika termasuk ekornya, diperkirakan total panjang ikan pari itu adalah sekitar 5 meter.

Ikan tersebut ditangkap pada 28 Januari 2009 dalam sebuah ekspedisi yang dilakukan oleh National Geographic di Thailand. Penangkapan dipimpin ahli biologi dari Universitas Nevada, Zeb Hogan. Ekspedisi tersebut merupakan bagian dari proyek pencarian ikan raksasa Megafishes Project untuk mendokumentasikan 20 ikan air tawar terbesar di dunia.

Penemuan pari raksasa ini memberikan harapan baru bagi Hogan dan timnya bahkan melebihi perkiraan sebelumnya. Hal ini bisa menempatkan ikan pari raksasa di posisi teratas dari Megafishes Project.

“Sejujurnya, kami tidak mengetahui berapa berat ikan pari ini. Tapi sudah jelas, ikan pari raksasa ini berpotensi menjadi ikan air bersih yang terberat,” jelas Hogan yang juga seorang Emerging Explorer pada National Geographic.

Populasi ikan pari di Thailand dianggap sudah akan punah, meski penemuan beberapa populasi baru mulai meningkat belakangan ini. International Union for Conservation of Nature (IUCN) saat ini telah memasukkan ikan pari air tawar masuk ke dalam daftar hewan yang hampir punah.

Sebelum penemuan pari raksasa terbesar ini, Hogan sebelumnya menemukan seekor ikan pari dengan panjang 14 kaki atau sekitar 4,3 meter di dekat di Chachoengsao, dekat kota Thailand.

kompas.com, 01 Maret 2009

Ikan Tropis Dapat Hidup Berbulan-bulan tanpa Air


PENELITIAN ilmuwan AS mengungkapkan, ikan tropis yang hidup di rawa-rawa ternyata bisa bertahan hidup berbulan-bulan tanpa air. Salah satu jenis ikan tersebut adalah mangrove rivulus (Rivulus marmoratus) yang hidup di rawa-rawa berbakau sepanjang Benua Amerika.

Begitu musim paceklik tiba dan air menyusut, tak jarang ikan yang hanya dapat tumbuh hingga ukuran 7,5 centimeter ini terjebak di rongga batang pohon yang dibuat serangga, tempurung kelapa, bahkan kaleng bekas. Mereka hidup bergerombol dalam lubang tanah dan bernapas menggunakan kulitnya daripada insangnya.

Berbeda dengan sebagian besar ikan yang bernapas dengan insang, mangrove rivulus bernapas dengan kulit. Ketika habitat mulai mengering, mereka bersembunyi dalam lubang-lubang tanah, bahkan tempurung kelapa atau kaleng minuman. Dalam persembunyian, ikan-ikan tersebut bernapas dengan kulit dan mampu hidup berbulan-bulan tanpa air. Setelah hujan tiba dan air kembali menggenangi habitat, mereka keluar dari persembunyian dan hidup layaknya ikan biasa. Continue reading “Ikan Tropis Dapat Hidup Berbulan-bulan tanpa Air”

TIPS memelihara cupang hias


Berminat memelihara cupang hias? Untuk mendapatkan jenis yang baik, ada beberapa saran untuk itu.
Peliharalah yang masih bakalan (muda). Asalkan tidak cacat, berkelamin jantan, sehat dan lincah. Perhatikan pula warna tubuhnya yang harus cemerlang, warnanya harmonis, merata, baik di tubuh dan siripnya, serta bermental baja.
Menurut pengalaman para pakar, untuk memperoleh bakalan cupang hias yang baik memang tidak sesulit mendapatkan bakalan cupang aduan. Sebab cupang hias lebih mudah dilihat kelebihan fisiknya ketimbang jenis aduan yang kudu dinilai juga gaya bertarungnya, pukulan andalannya dan perilaku lain yang kadang susah ditebak jika tak melihat sendiri. Sementara cupang aduan belum dijamin kualitasnya hanya dengan melihat sosoknya.
Usia cupang bakalan yang ideal untuk dipelihara berkisar 1,5—5 bulan. Di umur itu, harganya lebih murah ketimbang kalau membeli yang dewasa. Lagi pula menyaksikan ia berkembang dan bertumbuh besar, punya keasyikan tersendiri. Saat ini cupang untuk kontes usianya 3—5 bulan dengan kategori yunior. Continue reading “TIPS memelihara cupang hias”

Irwan Sugandy, Arsitek yang Hobi Cupang


Irwan Sugandy tertarik pada ikan cupang sejak ia duduk di sekolah dasar. Ketika itu cupang yang dikenalnya adalah ikan aduan. Begitu juga dengan ikan hias lain. Namun hobi memelihara dan mempelajari seluk-beluk ikan hias sempat dilupakan ketika dia mulai sibuk mengurusi bisnisnya.
Hingga tahun 1977 ketika badai krisis menerpa ekonomi Indonesia, usaha Irwan limbung juga. Di sela-sela waktunya untuk membangun kembali bisnisnya, pada 1988 nalurinya sebagai orang pencinta ikan tergelitik saat menyaksikan sosok cupang yang amat berbeda dibanding cupang yang dikenalnya dulu.
Sejak itulah bapak tiga anak itu mulai getol berburu cupang hias, hingga ke manca negara.
Menurutnya, sifat cupang yang doyan kawin dimanfaatkan betul untuk mencetak berbagai strain baru yang cantik. Makanya tidak heran bila pria yang mempersunting putri Canada itu cukup beken sebagai penghasil cupang hias putih dan halfmoon di kalangan hobiis di Jakarta.
Rumahnya di kompleks Taman Ratu Indah, di Duri Kepa (Jakarta Barat), kini dijadikan sebagai tempat pembiakan cupang hias. Irwan bangga dengan ikannya yang cantik dan keluarga yang selalu memberi dukungan. Dari perkawinannya dengan Gene Lightle, dia dikaruniai tiga putri indo yang manis-manis. Continue reading “Irwan Sugandy, Arsitek yang Hobi Cupang”

Arwana Simbol Prestise dan Pembawa Hoki


JAKARTA – lkan arwana asal Indonesia – terutama hasil penangkaran – boleh diperdagangkan atau diekspor. Hal ini telah mendapat persetujuan Convention on International Trade in Endangered Species (CITES).

Begitu terkena tombak, anak-anak ikan dimuntahkan, dan nelayan sudah siap mengambilnya dengan menebarkan jala atau memungutnya dengan serok. Setelah mendapatkan anakan arwana, para nelayan mendarat, dan di situ pula sudah ditunggu oleh para pengumpul/ pedagang setempat.

Diperkirakan kuota ekspor arwana sampai tahun 2001, dapat mencapai kuota 10 ribu ekor lebih. Ini berarti, pangsa pasar ekspor arwana sungguh menggairahkan.
Apalagi harganya amat menawan. Seekor arwana ekspor jenis super red dengan panjang tubuh 10-15 cm di Taiwan mencapai Rp 1 juta, malahan di Jepang bisa meroket sampai Rp 2 juta. Di samping Taiwan dan Jepang, negara tujuan ekspor lainnya adalah Hongkong, Korea, dan Singapura.
Sementara itu, harga anakan arwana kuning emas di Kalimantan Barat sekitar Rp 100 ribu/ekor, sedangkan jenis merah mencapai Rp 250 ribu/ ekor. Tapi jangan kaget, harga itu merupakan transaksi antara nelayan penangkap arwana di Sungai Nanga Jentawang dan Danau Piam (Kal-Bar) dengan pengumpul setempat. Continue reading “Arwana Simbol Prestise dan Pembawa Hoki”

Tips Merawat Arwana dalam Akuarium


Kelalaian adalah sumber malapetaka bagi penggemar. Sekali saja lalai tidak mengontrol aerator akuarium, bisa-bisa arwana mati. Apalagi ceroboh, tentu lebih fatal akibatnya. Maka bagi penggemar yang sungguh-sungguh mencintai arwana, pastilah memperhatikan seluk-beluk di sekitar perawatan. Harapannya, agar arwana dalam akuarium bisa tampil anggun dan asri. Lantas apa yang harus dilakukan?

1. Perhatikan peralatan aquarium
Berhasil tidaknya akuarium menjadi tempat yang nyaman bagi ikan arwana, sungguh dipengaruhi oleh kelengkapan sarana pendukungnya.

Aerator
Fungsi aerator atau pompa udara adalah menyuplai udara ke dalam air akuarium, dan sekaligus menguapkan atau mendorong hasil sisa-sisa pembakaran ke luar dari akuarium. Aerator dikatakan baik, jika arus listrik yang menggerakkannya kecil, tetapi udara yang ditiupkannya relatif banyak.


Heater & Thermometer


Alat pemanas (heater) ini diperlukan terutama pada waktu suhu air akuarium turun drastis. Sedangkan alat pengontrol suhu air atau termometer juga dipasang dalam akuarium. Di daerah dingin, heater dan termometer ini sangat dibutuhkan. Continue reading “Tips Merawat Arwana dalam Akuarium”

Lou Han, Lahir di Malaysia



Yosafat Erie S
“Bentuk segi empat yang baik punya perbandingan ukuran lebar dan panjang 1 banding 1,5. Jika lebih pendek atau panjang, ikan itu termasuk jenis yang kurang bagus.”


Nenek moyang lou han sebenarnya berasal dari keluarga Cichlidae. Keluarga siklid ini hidup tenang di perairan wilayah Amerika Selatan dan Tengah, seperti danau yang berada di Meksiko, Sungai Otapa (Panama), perairan Honduras, Kolombia dan Brasil. Siklid merupakan keluarga besar yang terdiri dari ratusan spesies.
Menurut Iskandar, importir lou han di bilangan Ciledug, selatan Jakarta, bila dilihat dari cara breeding-nya, siklid terbagi menjadi dua golongan. Pertama, cara breeding yang menempelkan telur di substrat (wadah). Kedua, cara breeding yang menetaskan telur di mulut. Untuk cara pertama itu, dapat dibedakan menjadi dua macam. Ada ikan yang senang menebarkan telur di sembarang tempat atau di dasar kolam. Ada pula yang hobinya menempelkan telur itu di substrat. Untuk contoh macam yang pertama, Cichlasoma. Contoh macam kedua, seperti Symphisodon, Julidocromis dan Apistograma. Sedang contoh siklid yang menetaskan telurnya di mulut, Eretnodus cyanosticus.

Dilihat dari ukuran tubuhnya, Cichlasoma masuk ke dalam kelompok lou han bertubuh besar. Cichlasoma tersebesar pernah ditemukan di Meksiko, yaitu Boulengerochromis microlepis. Panjang tubuh ikan ini hampir 80 cm. Jenis siklid lainnya yang telah banyak dikenal dan digemari orang antara lain, Pterophylum, Altolamprologus, Teleogramma dan Crenicicha.
Di negara asalnya, Malaysia, lou han telah dikembangkan sejak 1994. Dari situ popularitasnya terus menanjak. Ikan ini tak lagi hanya dikenal di seluruh negeri jiran itu saja. Lou han menyebar hingga ke hampir separuh daratan Asia, seperti Thailand, Taiwan, Hong Kong, Cina, Singapura, Jepang dan Korea. Bahkan telah merambah beberapa negera Eropa dan Amerika yang sebetulnya memiliki jenis (strain) asli ikan siklid ini.

Yosafat Erie S.
Tambahan makanan buatan berupa pellet sangat bagus untuk pertumbuhan dan pencerahan warna lou han.

Continue reading “Lou Han, Lahir di Malaysia”

Lou Han, Pembawa Hoki dari Negeri Timur



JAKARTA – Ikan bertato aksara Mandarin itu hilir-mudik di akuarium. Tubuhnya yang dibaluti perpaduan corak hitam dan perak bisa membuat mata terpikat. Hewan ini pun tak menolak saat dielus–elus tangan sang pemilik. Ikan lou han sebutannya. Lou han yang diberi nama dewa hoki itu diyakini bisa membawa berkah tersendiri.

”Kalau dilihat baik-baik, tulisan Mandarin itu artinya berkembang,” kata Inna, sang pemilik ikan istimewa itu. ”Ikan ini memang nggak punya corak warna yang mencolok, tapi dia punya marking yang jelas sekali. Jadi bisa langsung terbaca,” tambah Inna menunjukkan rajah di tubuh ikan lou han kesayangan itu.
Sebetulnya, sudah banyak pehobi ikan hias yang merayu Inna untuk melepas ikan itu. Namun ibu dua anak ini tak bergeming, not for sale untuk si dewa hoki. ”Wah, ditukar dengan BMW keluaran terbaru pun saya nggak mau (lepas),” kelakarnya dengan mimik kocak. Rasanya, ungkapan itu tak berlebihan. Sebab Inna dan keluarga begitu percaya bahwa ikan itu bisa membawa berkah. Membuat usaha mereka yang tengah dilakoni makin maju. ”Jadi, kalau sampai dilepas bisa-bisa bangkrut kita.”

Yosafat Erie S.
Perhatikan bibit lou han yang baik. Agar tak tertipu sebaiknya Anda memilih bibit lou han yang sudah berukuran di atas tujuh cm.

Continue reading “Lou Han, Pembawa Hoki dari Negeri Timur”

Lou Han, Ikan Terpopuler


Jakarta – Ikan hwa lou han yang biasa disebut juga dengan lou han (Cichlasoma sp) sukses menggeser kepopuleran koi, discus, arwana, atau pun ikan cupang yang centil. Ikan ini pun sering disebut sebagai Flower Horn, Flower Louhan, dan Su Go Kong.
Banyak orang naksir karena kesengsem pada ” huruf” di tubuhnya. Biasanya angka atau kalimat, huruf Arab atau huruf Cina, gambar dolar atau angka-angka hoki atau keberuntungan, semisal tanggal kelahiran.


Selain motif, penggemarnya juga menyanjung warna dari tubuh lou han. Mereka pun percaya satwa ini adalah ikan yang mampu membalas budi, cerdas, dan kenal dengan pemiliknya. Jika jinak ia akan mengelus-elus tubuh ke tangan pemiliknya yang dicelupkan ke akuarium. Para pecintanya percaya betul bahwa ia adalah mai cai chi cong alias ”keajaiban yang terpendam.”
Sulit dijelaskan bagaimana menentukan harga seekor ikan berjidat nongnong itu. Ikan ini merupakan persilangan dari berbagai jenis siklid. Ia sebenarnya ditemukan juga di Indonesia. Keluarga siklid lainnya pun banyak ditemukan di perairan Amerika Selatan dan Sri Lanka.


Bagi penggemar ikan ini, telah hadir situs untuk komunitas pehobinya di http://www.multilouhan.com dan http://www.hercules-louhan.com.
Di sini mereka bisa mencari segala informasi tentangnya, sekaligus juga sebagai ” pasar” untuk melepas kelebihan stok atau calon penggemar yang ingin mencari jenis yang bermutu. (tot)

dari : sinarharapan.co.id

Arwana, Anggun dan Mempesona


JAKARTA – Salah satu ikan purba yang dewasa ini belum punah adalah ikan arwana (Scleropages sp). Ikan ini sampai seabad yang lalu nyaris tidak dikenal. Beruntung ada dua ilmuwan Jerman bernama Muller dan Schlegel yang tertarik dengan kecantikan ikan yang mereka temukan di Amerika Selatan. Penelitian mereka menemukan ternyata ikan tersebut belum dikenal. Keduanya memberi nama ikan itu Osteoglossum formosum.


Namun pada tahun 1913 dua ahli zoologi Belanda Max Weber dan LF de Beaufort mengubah namanya menjadi Scleropages formosus. Sampai penemuan jenis terakhir oleh ilmuwan Jepang Kanazawa 1966, telah ditemukan banyak jenis arwana. Sekurangnya sudah diketahui ada empat genus yaitu Arapaima dengan satu spesies (Arapaima gigas), Osteoglossum dengan dua spesies yakni Osteoglossum bicirrhosum dan Osteoglossum ferreirai, kemudian genus Scleropages dengan empat spesies yaitu Scleropages formosus, Scleropages guntheri, Scleropaghes leichardti dan Scleropages jardini. Genus terakhir adalah Clupisudis dengan spesies tunggal Cluoisudis nilot.

Sedangkan di Indonesia, yang sangat banyak ditemukan adalah jenis Super Red Arowana (Scleropages formosus). Arwana jenis ini sangat banyak terdapat di sungai-sungai dan danau di Sintang dan Kapuas Hulu di Kalimantan Barat. Sungai-sungai yang merupakan anak Sungai Kapuas itu menyimpan banyak jenis arwana tersebut sebab sungai atau danaunya tidak berbatu dan arus sungainya tenang, tidak sederas Sungai Kapuas.
Selain di Kalimantan Barat, arwana juga ditemukan di Sumatra terutama di daerah Riau dan Jambi, namun jenisnya adalah Arwana Merah (Golden Red Arowana) Ini masih termasuk spesies Scleropages formosus.


Warna dasar arwana Sumatra ini kuning keemasan di bagian kepala dan pada ekor dan sirip belakangnya berwarna merah. Arwana yang banyak diincar kolektor ini tidak ”bergincu” bibirnya. Namun pamornya memang tidak sehebat Super Red Arowana.
Jenis arwana yang juga terdapat di Indonesia adalah arwana hijau (green arowana), yang juga banyak ditemukan di Kalimantan, antara lain di Sungai Melawai dan Sungai Mensiku. Ciri utamanya ada warna hijau pada ekor. Namun warna hijau ini sering kali tidak terlihat karena tertutup warna merah. Hanya pada yang dewasa, warna hijau itu semakin jelas terlihat. Arwana hijau ini habibatnya adalah air sungai yang warnanya tidak terlalu bersih, kecokelatan.
Ada dua jenis arwana lain yang juga hidup di Indonesia, yakni di Papua, namun konon populasinya tidak terlalu besar. Kolektor pun lebih suka berburu jenis arwana ini di Australia yang populasinya cukup tinggi.
Di Australia populasi arwana jenis Scleropages jardini dan Scleropages leichardti tinggi. Jenis pertama terutama terdapat di Sungai Queensland dan Sungai Jardine. Cirinya, tubuhnya berbintik merah, bagian perut berwarna perak. Sedangkan jenis Scleropages leichardti banyak terdapat di Sungai Fitzroy, Sungai Mary, Sungai Dawson dan Sungai Burnett Australia.
Jenis ini di Indonesia juga ditemukan di beberapa sungai kecil di Papua. Akan tetapi karena pengamatan di Papua belum intensif, banyak orang memperkirakan populasi kedua jenis arwana ini cukup besar. Sedangkan jenis Silver Arowana dan Black Arowana banyak ditemukan Amerika Selatan, Utara dan beberapa sungai di Afrika. Di Indonesia seperti pula populasi arwana di Papua, belum terdata.

Memilih Arwana
Tidak mudah untuk memilih arwana yang baik. Diperlukan pengetahuan dan pengalaman. Bagi pemula memang agak sulit. Namun di antara kolektor seperti ada ”kesepakatan” untuk melihat kualitas arwana dari gerakan, bentuk kepala, ekor, sisik dan bentuk badan.
Arwana yang sehat dan berkualitas biasanya gerakannya lincah, tidak bisa diam. Ia akan menjelajahi luas aquarium dan gesit menyambar makanan yang diberikan. Sedangkan arwana yang sakit sebaliknya. Gerakannya pelan, tidak bernafsu makan, dan lebih suka mematuki dinding aquarium.
Bentuk fisik arwana yang bagus itu, antara lain bentuk badannya dengan punggung lurus dan panjang. Punggungnya tidak bungkuk dan menonjol seperti unta. Kesannya kekar dan kuat. Badan tidak cacat atau ada bekas luka. Warna sisiknya cerah dan mengkilap.
Mulut arwana lebar. Rahangnya tidak sama antara yang bawah dan atas. Lebih panjang rahang bawah. Pada dagu ada sepasang sungut yang panjang. Jangan sampai ada sungut yang putus. Sebab pada arwana, sungut yang putus tidak bisa tumbuh lagi. Arwana yang tidak bersungut berarti cacat permanen yang bagi arwananya sendiri sangat mengganggu gerak dan kelincahannya.
Arwana yang baik memiliki ekor yang besar dan berbentuk seperti kipas. Harus dicermati agar bagian ekor ini tidak robek-robek pinggirannya, yang mungkin bekas luka gigitan akibat berkelahi sesamanya. Yang juga penting dicermati, jangan sampai memilih arwana yang ekornya berbintik-bintik putih. Sisik arwana harus tersusun rapi, tidak kasar dan tidak ada bekas luka. Sisik harus mengkilap permukaannya dan tidak banyak berlendir.
Fisik arwana yang sangat penting diperhatikan adalah matanya. Mata itu harus bulat dan besar. Namun begitu, jangan sampai memilih arwana yang matanya melotot atau menonjol ke atas atau ke bawah. Hati-hati dengan arwana yang buta. Perhatikan juga insang arwana harus normal, dengan penutup yang keras dan rapat. Jangan sampai penutup insang arwana itu melengkung ke luar, sebab akan mengganggu bernapasnya.
Mengenai warna tentunya sangat tergantung dari kesenangan kolektor arwana. Sebab banyak pilihan yang bisa dilakukan. Namun yang harus diperhatikan, amati dulu, apakah warnanya bagus, tidak kusam tetapi cemerlang. sesuai dengan keinginan. Sebab warna yang tidak cerah dan mengkilap bukan mustahil menandakan ikan naga itu sedang sakit.
(dasriel rasmala)

dari : sinarharapan.co.id

TIPS Merawat Arwana agar Sehat dan Gesit



JAKARTA – Setiap akuarium, sebaiknya hanya ada seekor arwana saja (soliter), sebab tidak mudah bagi seekor arwana untuk hidup berdampingan dengan ikan sejenisnya. Untuk mendapatkan ikan arwana yang berkualitas dan sehat tentunya dibutuh kondisi dalam akuarium yang nyaris sama dengan habitat aslinya. Makanan harus cukup dan diberikan secara teratur, kualitas air juga terkontrol dengan baik dan diberi obat-obatan agar tidak tercemar oleh zat-zat kimia yang beracun.

Kondisi Akuarium
Siapa pun yang memelihara arwana pasti dengan bangga akan menempatkan ikannya di kuarium terbaik. Agar keanggunan itu terpantul maksimal, maka hanya seekor arwana saja dalam satu akuarium. Jangan meletakkan akuarium di dekat dinding (tembok) apalagi sampai menempel. Sebab bila arwana melihat serangga seperti kecoa atau cecak di dinding, ia akan melompat dan menyeruduk dinding kaca aquarium, sehingga bisa luka. Perhitungkan besar akuarium dengan besar ikan, agar ikan bisa bergerak bebas dan meluncur di ruangan yang cukup. Beri penerangan yang memadai. Untuk mengontrol suhu air (27-30 derajat Celcius), sebaiknya dipasang termometer di dinding akuarium dan ujungnya tercelup ke air. Ukur pH sekurangnya seminggu sekali.

Memberi Makan
Meskipun tidak ada patokan, sebaiknya arwana diberi makan 3 – 4 kali sehari. Dibutuhkan 8-10 ekor jangkrik sehari. Sebelum diberikan, kaki belakang jangkrik yang bergerigi dipotong dulu, agar tidak menggores kerongkongan arwana. Harus diusahakan agar makanan tidak tersisa di aquarium. Jangkrik, kelabang, kecoa dan udang, mengandung zat karoten dan kitin yang bisa memberi efek sisik yang indah, cerah dan mengkilap pada arwana. Continue reading “TIPS Merawat Arwana agar Sehat dan Gesit”

Sidat Bengkulu Komoditi yang Belum Tergarap


Sidat

Sabtu, 15 November 2008 | 16:25 WIB

BENGKULU, SABTU – Ikan sidat yang banyak terdapat di sungai, muara, dan laut Bengkulu memiliki kualitas ekspor yang hingga kini belum dimanfaatkan, kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu, Maman Hermawan.

“Kita memiliki potensi ikan sidat yang sangat besar, namun selama ini belum dimanfaatkan,” katanya di Bengkulu, Sabtu.

Informasi dari nelayan setempat, mereka bisa menangkap sidat sebanyak 60 ton per minggu, jika sedang musim bertelur, saat ikan itu berada di laut. Sidat merupakan ikan berbadan panjang, sejenis belut namun memiliki kuping, bisa hidup di laut dan air tawar.

Habitat asli ikan tesebut berada di sungai dan muara, namun ketika akan bertelur turun ke laut yang paling dalam. Setelah menetas, anak sidat akan kembali naik ke sungai dan muara sampai besar.

Selama ini, sidat hasil tangkapan nelayan hanya dioleh menjadi ikan asin dan dijual di sekitar Provinsi Bengkulu. Padahal itu, merupakan salah satu komiditas ekspor dan banyak diminati terutama pasar di Jepang.

“Saya sedang menginventarisasi berapa banyak sidat hasil tangkapan nelayan, rencananya kita akan mengupayakan agar bisa diekspor terutama ke Jepang,” katanya. Continue reading “Sidat Bengkulu Komoditi yang Belum Tergarap”