JAKARTA – Salah satu ikan purba yang dewasa ini belum punah adalah ikan arwana (Scleropages sp). Ikan ini sampai seabad yang lalu nyaris tidak dikenal. Beruntung ada dua ilmuwan Jerman bernama Muller dan Schlegel yang tertarik dengan kecantikan ikan yang mereka temukan di Amerika Selatan. Penelitian mereka menemukan ternyata ikan tersebut belum dikenal. Keduanya memberi nama ikan itu Osteoglossum formosum.
Namun pada tahun 1913 dua ahli zoologi Belanda Max Weber dan LF de Beaufort mengubah namanya menjadi Scleropages formosus. Sampai penemuan jenis terakhir oleh ilmuwan Jepang Kanazawa 1966, telah ditemukan banyak jenis arwana. Sekurangnya sudah diketahui ada empat genus yaitu Arapaima dengan satu spesies (Arapaima gigas), Osteoglossum dengan dua spesies yakni Osteoglossum bicirrhosum dan Osteoglossum ferreirai, kemudian genus Scleropages dengan empat spesies yaitu Scleropages formosus, Scleropages guntheri, Scleropaghes leichardti dan Scleropages jardini. Genus terakhir adalah Clupisudis dengan spesies tunggal Cluoisudis nilot.
Sedangkan di Indonesia, yang sangat banyak ditemukan adalah jenis Super Red Arowana (Scleropages formosus). Arwana jenis ini sangat banyak terdapat di sungai-sungai dan danau di Sintang dan Kapuas Hulu di Kalimantan Barat. Sungai-sungai yang merupakan anak Sungai Kapuas itu menyimpan banyak jenis arwana tersebut sebab sungai atau danaunya tidak berbatu dan arus sungainya tenang, tidak sederas Sungai Kapuas.
Selain di Kalimantan Barat, arwana juga ditemukan di Sumatra terutama di daerah Riau dan Jambi, namun jenisnya adalah Arwana Merah (Golden Red Arowana) Ini masih termasuk spesies Scleropages formosus.
Warna dasar arwana Sumatra ini kuning keemasan di bagian kepala dan pada ekor dan sirip belakangnya berwarna merah. Arwana yang banyak diincar kolektor ini tidak ”bergincu” bibirnya. Namun pamornya memang tidak sehebat Super Red Arowana.
Jenis arwana yang juga terdapat di Indonesia adalah arwana hijau (green arowana), yang juga banyak ditemukan di Kalimantan, antara lain di Sungai Melawai dan Sungai Mensiku. Ciri utamanya ada warna hijau pada ekor. Namun warna hijau ini sering kali tidak terlihat karena tertutup warna merah. Hanya pada yang dewasa, warna hijau itu semakin jelas terlihat. Arwana hijau ini habibatnya adalah air sungai yang warnanya tidak terlalu bersih, kecokelatan.
Ada dua jenis arwana lain yang juga hidup di Indonesia, yakni di Papua, namun konon populasinya tidak terlalu besar. Kolektor pun lebih suka berburu jenis arwana ini di Australia yang populasinya cukup tinggi.
Di Australia populasi arwana jenis Scleropages jardini dan Scleropages leichardti tinggi. Jenis pertama terutama terdapat di Sungai Queensland dan Sungai Jardine. Cirinya, tubuhnya berbintik merah, bagian perut berwarna perak. Sedangkan jenis Scleropages leichardti banyak terdapat di Sungai Fitzroy, Sungai Mary, Sungai Dawson dan Sungai Burnett Australia.
Jenis ini di Indonesia juga ditemukan di beberapa sungai kecil di Papua. Akan tetapi karena pengamatan di Papua belum intensif, banyak orang memperkirakan populasi kedua jenis arwana ini cukup besar. Sedangkan jenis Silver Arowana dan Black Arowana banyak ditemukan Amerika Selatan, Utara dan beberapa sungai di Afrika. Di Indonesia seperti pula populasi arwana di Papua, belum terdata.
Memilih Arwana
Tidak mudah untuk memilih arwana yang baik. Diperlukan pengetahuan dan pengalaman. Bagi pemula memang agak sulit. Namun di antara kolektor seperti ada ”kesepakatan” untuk melihat kualitas arwana dari gerakan, bentuk kepala, ekor, sisik dan bentuk badan.
Arwana yang sehat dan berkualitas biasanya gerakannya lincah, tidak bisa diam. Ia akan menjelajahi luas aquarium dan gesit menyambar makanan yang diberikan. Sedangkan arwana yang sakit sebaliknya. Gerakannya pelan, tidak bernafsu makan, dan lebih suka mematuki dinding aquarium.
Bentuk fisik arwana yang bagus itu, antara lain bentuk badannya dengan punggung lurus dan panjang. Punggungnya tidak bungkuk dan menonjol seperti unta. Kesannya kekar dan kuat. Badan tidak cacat atau ada bekas luka. Warna sisiknya cerah dan mengkilap.
Mulut arwana lebar. Rahangnya tidak sama antara yang bawah dan atas. Lebih panjang rahang bawah. Pada dagu ada sepasang sungut yang panjang. Jangan sampai ada sungut yang putus. Sebab pada arwana, sungut yang putus tidak bisa tumbuh lagi. Arwana yang tidak bersungut berarti cacat permanen yang bagi arwananya sendiri sangat mengganggu gerak dan kelincahannya.
Arwana yang baik memiliki ekor yang besar dan berbentuk seperti kipas. Harus dicermati agar bagian ekor ini tidak robek-robek pinggirannya, yang mungkin bekas luka gigitan akibat berkelahi sesamanya. Yang juga penting dicermati, jangan sampai memilih arwana yang ekornya berbintik-bintik putih. Sisik arwana harus tersusun rapi, tidak kasar dan tidak ada bekas luka. Sisik harus mengkilap permukaannya dan tidak banyak berlendir.
Fisik arwana yang sangat penting diperhatikan adalah matanya. Mata itu harus bulat dan besar. Namun begitu, jangan sampai memilih arwana yang matanya melotot atau menonjol ke atas atau ke bawah. Hati-hati dengan arwana yang buta. Perhatikan juga insang arwana harus normal, dengan penutup yang keras dan rapat. Jangan sampai penutup insang arwana itu melengkung ke luar, sebab akan mengganggu bernapasnya.
Mengenai warna tentunya sangat tergantung dari kesenangan kolektor arwana. Sebab banyak pilihan yang bisa dilakukan. Namun yang harus diperhatikan, amati dulu, apakah warnanya bagus, tidak kusam tetapi cemerlang. sesuai dengan keinginan. Sebab warna yang tidak cerah dan mengkilap bukan mustahil menandakan ikan naga itu sedang sakit.
(dasriel rasmala)
dari : sinarharapan.co.id