Aspek Dampak Lingkungan & Kesimpulan BUDIDAYA PENDEDERAN DAN PEMBESARAN UDANG GALAH


karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

Usaha Budidaya Pendederan dan Pembesaran Udang Galah ini menghasilkan limbah padat, cair dan udara. Sebagian limbah ini ada yang dapat dimanfaatkan lagi secara ekonomis. Limbah padat atau sering disebut onggok merupakan bahan baku pembuat saus dan obat nyamuk bakar. Limbah padat yang lain adalah kulit singkong yang banyak dimanfaat untuk pupuk dan pakan ternak. Limbah cair dari usaha ini digunakan untuk mengairi sawah sekitar lokasi pabrik sehingga keberadaan industri tepung tapioka ini sangat bermanfaat bagi petani. Polusi udara yang dihasilkan tidak mengganggu masyarakat karena terletak jauh dari pemukiman masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada limbah dari usaha pengolahan tapioka ini yang merugikan baik makhluk hidup maupun lingkungan yang tinggal di sekitarnya.

Kesimpulan

 

  1. Usaha budidaya udang galah yang dilakukan oleh masyarakat di DIY adalah dalam skala mikro.
  2. Kegiatan budidaya udang galah yang dikembangkan adalah pendederan dan pembesaran di lahan kolam dengan menggunakan sistem dan teknologi semi intensif.
  3. Dana untuk investasi dan modal kerja bersumber dari modal sendiri, karena belum ada bank yang bersedia memberikan pinjaman untuk budidaya udang galah.
  4. Permintaan udang galah pada umumnya fluktuatif dan konsumennya masih bersifat lokal yaitu rumah tangga, rumah makan dan pasar swalayan. Peningkatan permintaan terjadi pada bulan Desember – Januari dan Juni – Juli.
  5. Budidaya udang galah relatif baru berkembang sehingga peluang pengembangan masih terbuka.
  6. Harga udang konsumsi pada semester I tahun 2003 di tingkat pem-budidaya berkisar antara Rp.29.000 – Rp.40.000, tergantung pada wilayah produksi, ukuran dan mutu produk. Sedangkan harga ditingkat konsumen berkisar antara Rp.75.000 – Rp.100.000 per kg.
  7. Ditinjau dari segi teknis, budidaya pendederan dan pembesaran udang galah relatif lebih mudah dan cepat dapat diadopsi masyarakat dibandingkan dengan pembenihan.
  8. Berdasarkan analisis kelayakan finansial terhadap budidaya pendederan dan pembesaran udang galah, pada tingkat discount rate 22% usaha ini memberikan NPV sebesar Rp.45.634.954, Net B/C ratio = 2,71 dan IRR 99,37%. Artinya proyek ini secara finansial layak untuk dilaksanakan sampai pada tingkat suku bunga 99%. Dari segi PBP, proyek ini mampu mengembalikan modal investasinya dalam waktu 8 bulan.
  9. Analisis sensitivitas terhadap perubahan penerimaan menunjukkan bahwa proyek ini sensitif terhadap penurunan penerimaan sampai dengan 15% dengan asumsi biaya operasional konstan. Pada tingkat perubahan tersebut proyek tidak layak untuk dilaksanakan.
  10. Analisis sensitivitas terhadap perubahan biaya operasional menunjukkan bahwa proyek ini sensitif terhadap kenaikan biaya operasional sampai dengan 20% dengan asumsi penerimaan proyek dan biaya investasi konstan. Pada tingkat perubahan tersebut proyek ini tidak layak untuk dilaksanakan.
  11. Analisis sensitivitas terhadap perubahan penerimaan dan biaya operasional menunjukkan bahwa proyek ini sensitif terhadap penurunan penerimaan dan kenaikan biaya operasional sampai dengan 9% dengan asumsi biaya investasi konstan. Pada tingkat perubahan tersebut proyek ini tidak layak untuk dilaksanakan.

 

Saran

 

  1. Untuk memperbaiki mutu produk yang dihasilkan, pembudidaya perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan teknis udidaya, teknologi dalam pemeliharaan dan pasca panen, serta pasokan benih dari hatchery yang kompeten.
  2. Untuk memperbaiki harga di tingkat pembudidaya, pembudidaya perlu mencari informasi harga secara reguler baik dari dinas terkait maupun dari pembudidayaan lainnya dan mengatur jadwal tebar agar sesuai dengan waktu permintaan konsumen.
  3. Secara finansial proyek ini layak dibiayai, namun bank masih perlu melakukan analisis kredit yang lebih komprehensif berdasarkan prinsip kehati-hatian.

@

 

Taken from :bi.go.id

Aspek Keuangan,BUDIDAYA PENDEDERAN DAN PEMBESARAN UDANG GALAH


karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

Pemilihan Pola Usaha

Dalam lima tahun terakhir minat masyarakat untuk membudidayakan udang galah semakin meningkat. Diperkirakan dengan diperkenalkannya bibit udang galah jenis unggul GI Macro oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada tahun 2001 menjadi pendorong meningkatnya minat ini. Kegiatan budidayanya mencakup tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu dimulai dari (1) Pembenihan yang menghasilkan benih (larva); (2) Pendederan pasca larva (PL) atau pentokolan yang menghasilkan udang tokolan atau benur; dan (3) Pembesaran yang menghasilkan udang konsumsi. Masing-masing kegiatan tersebut dapat merupakan usaha terpisah atau usaha gabungan, tergantung pada kemampuan pengusaha dalam hal teknologi dan manajemen budidaya, modal yang dimiliki dan luas lahan usaha.

Dalam pola pembiayaan ini dipilih usaha gabungan dari dua komponen yaitu pendederan dan pembesaran dengan pola usaha monokultur dan menggunakan teknologi semi intensif. Alasan memilih pola usaha ini adalah teknologi budidayanya sederhana, mudah dan cepat dikuasai oleh masyarakat dan produk udang galah berbagai ukuran langsung terserap pasar dengan harga yang memadai. Budidaya pendederan dan pembesaran juga tidak memerlukan modal besar sehingga dapat dilakukan terutama dalam skala usaha mikro.

Sistem pemeliharaan kedua kegiatan ini dilakukan secara outdoor dengan menggunakan kolam tanah. Dari berbagai informasi yang diperoleh, belum ditemukan suatu skala luas tanah optimum dalam budidaya pendederan dan pembesaran udang galah. Oleh karena itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan di DIY, ditetapkan luas tanah yang diperlukan untuk pola usaha ini adalah 11.000 m2. Lahan tersebut digunakan untuk kolam seluas 8.500m2 dan sisanya 2.500m2 digunakan untuk pematang dan daratan tempat kegiatan lainnya. Dari luas kolam tersebut, 2.200 m2 digunakan sebagai kolam pendederan dan 6.300 m2 sebagai kolam pembesaran.

Produk dari kegiatan pendederan adalah udang tokolan, sedangkan produk kegiatan pembesaran adalah udang konsumsi. Hasil panen pendederan sebagian dijual dan sebagian lainnya dipelihara sebagai kegiatan lanjutan sampai menghasilkan udang konsumsi. Jumlah udang tokolan yang dijual tergantung dari jumlah udang tokolan yang diperlukan untuk kegiatan pembesaran. Jika panen udang tokolan dalam kegiatan pendederan bertepatan waktunya dengan tebar udang tokolan pada kegiatan pembesaran maka hanya sebagian udang tokolan yang dijual sedangkan sisanya dipakai sendiri.

Asumsi dan Jadwal Kegiatan Continue reading “Aspek Keuangan,BUDIDAYA PENDEDERAN DAN PEMBESARAN UDANG GALAH”

Aspek Produksi,BUDIDAYA PENDEDERAN DAN PEMBESARAN UDANG GALAH


karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

Untuk memperoleh gambaran mengenai kegiatan yang dilakukan pada pembudidayaan udang galah, pada Diagram Alir 2. berikut ini ditampilkan tahapan kegiatan yang dilakukan dalam rangka memproduksi udang galah konsumsi ukuran medium.

Diagram Alir 2.Tahapan Produksi Udang Galah

Teknologi

Pembudidayaan udang galah terdiri atas beberapa tahapan teknologi budidaya, yaitu teknologi pembenihan, pendederan dan pembesaran. Untuk mendukung budidaya pada berbagai tahapan diperlukan teknologi lain, misalnya, teknologi pakan dan nutrisi, pengendalian hama penyakit, pengelolaan kualitas air dan teknologi panen dan pasca panen serta pemasaran (Kartamiharja dkk, 2001). Mengingat buku ini hanya membahas mengenai pendederan dan pembesaran maka berikut ini akan dijelaskan mengenai teknologi pendederan dan pembesaran sebagaimana dijelaskan oleh Kartamiharja dkk. Continue reading “Aspek Produksi,BUDIDAYA PENDEDERAN DAN PEMBESARAN UDANG GALAH”

Aspek Pemasaran


karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

Permintaan

Sampai saat ini belum terdapat lembaga yang menyediakan data kuantitatif yang dapat menggambarkan permintaan udang galah. Namun, secara kualitatif diperoleh informasi bahwa untuk pasar lokal permintaan datang dari perseorangan, restoran dan hotel di Jakarta, Cilegon, Medan, Semarang, Surabaya, Batam, Yogyakarta dan terutama Bali. Peminat udang galah di Bali terutama adalah turis asing dan komoditas ini populer sebagai baby atau mini lobster. Permintaan udang galah konsumsi di Bali tergolong cukup tinggi (tahun 2001 mencapai 700 kg per hari) sementara produksinya hanya antara 100-200 kg per hari, sehingga perlu didatangkan dari Yogyakarta dan Jawa Barat.

Untuk memperkirakan angka permintaan ekspor didekati dengan menggunakan data ekspor udang tahun 1991-2000 sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Pendekatan ini dilakukan mengingat adanya pemikiran untuk menawarkan udang galah sebagai alternatif pengganti udang windu karena pembudidayaan udang galah yang relatif mudah dengan harga jual relatif tinggi namun lebih murah dibanding udang windu. Dari tabel tersebut terlihat bahwa volume dan nilai ekspor udang tahun 1991-2000 masing-masing meningkat rata-rata sebesar 1,97%% dan 2,67% per tahun.

Untuk DIY, permintaan udang galah berasal dari rumah makan dan pasar swalayan. Pemintaan udang galah berfluktuasi. Peningkatan permintaan terjadi pada bulan Desember-Januari, bulan Juni-Juli, bulan penyelenggaraan wisuda sarjana dan bulan hajatan, sedangkan penurunan terjadi pada bulan Suro (kalender Jawa) dan pada saat pendaftaran sekolah. Continue reading “Aspek Pemasaran”

Profil Usaha dan Pola Pembiayaan,BUDIDAYA PENDEDERAN DAN PEMBESARAN UDANG GALAH


karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

Udang galah adalah jenis udang yang bisa dibudidayakan pada lahan tanah sawah; kolam atau empang air tawar. Pemeliharaannya relatif lebih mudah dibandingkan dengan jenis udang lainnya dan sampai saat ini di wilayah DIY belum ditemukan adanya hama atau penyakit yang membahayakan yang dapat mengganggu budidaya udang galah dan dapat menyebabkan terjadinya kegagalan panen. Lahan potensial yang dapat dimanfaatkan untuk budidaya udang galah di DIY pada tahun 2001 adalah sebagaimana tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1. : Lahan Potensial di DIY Tahun 2001

No.

Kabupaten

Kolam (Ha)

Sawah (Ha)

Total (Ha)

1.

Sleman

2.068,00

4.428,00

6.496,00

2.

Gunung Kidul

426,00

435,00

861,00

3.

Bantul

2.005,00

4.920,00

6.925,00

 

Kulonprogo

493,00

3.150,00

3.643,00

5.

Yogyakarta

46,40

78,00

124,40

Total

5.038,40

13.011,00

18.049,40

Sumber : Peluang Usaha Perikanan dan Kelautan di DIY,
Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi DIY, 2002


Secara umum terdapat beberapa cara budidaya udang galah yaitu tradisional, semi intensif dan intensif. Di Kabupaten Sleman sampai saat ini baru dikembangkan pembudidayaan dengan dua cara yaitu cara tradisional dan semi intensif dan sebagian besar petani menggunakan cara semi intensif. Perbedaan umum kedua cara disajikan pada Tabel 2 yang hanya menyajikan informasi perbedaan dilihat dari spesifikasi kolam, pemberian pakan dan penggunaan sistem pemeliharaan.

Tabel. 2. Perbedaan Budidaya Udang Galah Secara Tradisional dan Semi Intensif

No

Kriteria

Tradisional

Semi Intensif

1

Spesifikasi kolam

Belum memenuhi standard

Disesuaikan dengan spesifikasi kolam yangideal

2

Pemberian pakan

Maksimum 3 kali sehari dengan takaran berdasarkan perkiraan

Sebanyak 4-5 kali sehari dengan takaran sesuai kebutuhan

3

Sistem pemeliharaan

Polikultur

Monokultur

BUDIDAYA PENDEDERAN DAN PEMBESARAN UDANG GALAH


karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

Pendahuluan

Udang galah (Macrobrachium Rosenbergii de Man) atau dikenal juga sebagai Giant Freshwater Shrimp merupakan salah satu jenis Crustacea, dari famili Palaemonidae yang mempunyai ukuran terbesar dibandingkan dengan udang air tawar lainnya. Komoditas ini diklaim oleh berbagai negara sebagai fauna asli, antara lain oleh India dan Indonesia. Di Indonesia, udang galah dapat ditemukan di berbagai wilayah dan masing-masing memiliki varietas dengan ciri tersendiri. Misalnya, udang galah dari Sumatera dan Kalimantan memiliki ukuran kepala besar, capit panjang, dan berwarna hijau kuning. Udang galah dari Jambi memiliki ukuran kepala lebih kecil, capit kecil dan berwarna keemasan. Pada Foto 1. dapat dilihat bentuk udang galah jantan dan betina, yang secara fisik berbeda. Perbedaan terutama pada “galah” yang didapati hanya pada udang galah jantan.

Foto 1: Udang galah jantan dan betina.


Sumber: http://www.ppk.kpm.my/udang/f_udang1.htm

Di Indonesia komoditi ini dikembangkan antara lain oleh Lembaga Penelitian Perikanan Darat Pasar Minggu, Jakarta; Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (Puslit Limnologi LIPI) dan beberapa lembaga di bawah Departemen Kelautan dan Perikanan antara lain: Balai Penelitian Perikanan Air Tawar di Sukamandi, Unit Pengembangan Udang Galah Pamarican, Ciamis dan Balai Budidaya Air Tawar di Sukabumi. Salah satu penelitian yang dilakukan memberikan hasil yang menggembirakan dengan diperkenalkannya strain udang galah jenis unggul (GI Macro) oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada 24 Juli 2001.

Selain penelitian mengenai strain udang galah unggul, upaya lain yang dilakukan oleh Pemerintah untuk mengembangkan udang galah adalah dengan melakukan optimalisasi hatchery melalui perbaikan manajemen induk; dan manajemen kesehatan dan lingkungan. Disamping itu, dilakukan pula pengkajian wilayah potensi pengembangan udang galah guna mengembangkan kawasan terpadu mulai dari sub sistem pembenihan, pendederan dan pembesaran hingga pasca panen. Continue reading “BUDIDAYA PENDEDERAN DAN PEMBESARAN UDANG GALAH”