Salah satu kegiatan yang sedang berkembang makin meningkat di beberapa area perairan Indonesia adalah marikultur, terutama keramba Jaring Apung (KJA) yang dapat meningkatkan produksi perikanan dan pendapatan nelayan. Kegiatan marikultur KJA memiliki beberapa dampak negatif terhadap lingkungan jika pengelolaannya tidak dilakukan secara optimal, salah satunya adalah meningkatnya materi organik di perairan yang menyebabkan ketidak-seimbangan suplai oksigen.
Ketidakseimbangan oksigen mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di lapisan dasar yang pada akhirnya akan mengganggu keseimbangan ekosistem di perairan tersebut. Dampak negatif lain adalah terjadinya fenomena alga blooms yang berbahaya bagi ekosistem dan manusia sebagai konsumen serta dapat mengakibatkan kerugian secara ekonomi bagi usaha marikultur. Menurut Ir. Agung Riyadi, MSc. koordinator kegiatan penelitian Teluk Hurun, bahwa di dalam menanggulangi dampak negatif dari kegiatan tersebut telah diadakan kerjasama penelitian tentang “Optimalisasi Pengelolaan Marikulture dan Konservasi Area Secara Berkelanjutan� antara Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan (P3 TL) BPPT; Balai Budidaya Laut (BBL) Lampung dan Centre for Environmental Studies (CMES) Ehime University Japan).