1.142 Alat Tangkap Ikan Tak Ramah Lingkungan


Alat tangkap ikan tak ramah lingkungan yang dipergunakan nelayan Demak ternyata masih cukup banyak. Dalam catatan Kantor Kelautan dan Perikanan setempat, terdapat sejumlah 1.142 alat dipakai nelayan.

Seperti Arak 879 buah, Cotok 180, Otok 19 buah dan Garuk 64 buah. Terhadap alat-alat tersebut, kata Kepala Kantor Kelautan dan Perikanan Demak Ir Maryono MM, pemerintah telah melarangnya. Sebab, penggunaan alat itu diyakini merusak ekosisten laut dan dapat mengurangi populasi ikan.
Dampak yang ditimbulkan katanya, antara lain kerusakan pada karang laut. Alat itu dapat menyapu dasar laut sehingga karang yang menjadi tempat berlindung ikan mengalami kerusakan. Selain itu, lubang jaring yang ukurannya kecil mampu menangkap ikan kecil, yakni ikan yang semestinya dibiarkan hidup untuk generasi mendatang. JIka ikan kecil ditangkap, maka pada kurun waktu tertentu, nelayan akan kesulitan mendapatkan ikan.
’’Memang perlu kesadaran dari nelayan. Mereka harus memahami persoalan ini, sehingga tidak memakai alat tangkap yang tak ramah lingkungan,’’ katanya.

Apabila, nelayan masih memakai alat terlarang seperti itu, sama saja dengan menutup mata pencaharian anak cucunya. Karena, ekosistem laut rusak dan tak lagi banyak ikan yang singgah. Menurutnya, banyak alat tangkap yang ramah lingkungan dan mampu mendapat ikan cukup banyak. Seperti jaring pada umumnya, yang juga dipakai kebanyakan nelayan Demak.
Dalam upaya menekan pemakaian alat tangkap ikan yang merusak lingkungan, pihaknya akan terus mengkampanyekan cinta bahari. Diharapkan menggugah kesadaran nelayan dan masyarakat pesisir untuk mempertahankan kelestarian alam bahari.

suaramerdeka.com, 12 Februari 2008

Waduk Keliling Aset Vital di Aceh Besar


Waduk terbesar di Daerah Aceh Besar kini sudah menjadi momen penting  di pemerintah aceh besar, dalam beberapa tahun yang lalu waduk keliling yang di biayai dengan anggaran 270,3 miliar rupiah itu dengan luas lahan 330 hektar dengan kapasitas bisa menampung air lebih 18 juta meter kubit, dalam beberapa bulan terakhir ini air yang sudah tertampung di dalam waduk tersebu hampir mencapai 20 juta meter kubit dengan kedalaman 7 sampai 20 meter, kalau kita liat jarak pandang hampir 3 kilometer persegi.

Menurut Bupati Aceh Besar Bukhari Daud mengatakan pada pewarta HOKI di Kota Jantho, saya sangat bangga dengan adanya waduk keliling, apalagi waduk ini di resmikian oleh Presiden SBY yang dibangun oleh BRR, dengan jumlah Anggaran 270,3 miliar rupiah dan ini sudah menjadi momen besar bagi pemerintah kami di Aceh Besar. Continue reading “Waduk Keliling Aset Vital di Aceh Besar”

Tradisi Berburu Patin Kualo di Pelalawan


Pangkalankerinci, Masyarakat Pelalawan, Riau khususnya yang berada di bantataran Sungai Kampar begitu sumringah ketika musim ikan Patin Kualo datang (patin khas Pelalawan-red). Pasalnya, seorang nelayan bisa mendapatkan penghasilan jutaan rupiah sehari.

Meskipun hanya dua kali dalam satu tahun. Berburu ikan tersebut menjadi langganan menarik bagi warga. Kegiatan yang penuh ritual-ritual suci dan unsur magis ini selalu tergambar saat pelaskanaan.

Tidak semua orang bisa melakukan penangkapan ikan Patin Kualo tersebut khususnnya diperaian Sungai Kampar. Terlebih lagi sungai yang berada persis dan melintasi di sepanjang perkampungan. Kondisi ini, terjadi sejak dulu kala dan sudah turun temurun. Meki ada para nelayan yang menggunakan tempat (wajan-red), yang bersangkutan harus, meminta izin pada para tetua.

Tidak itu saja, para pemakai tempat, pengguna tempat tangkapan tersebut harus mengeluar fee. Karena tempat tangkapan itu sudah dikuasai oleh kelompok-kelompok dan tidak sembarang orang melakukan penangkapan.

Akan tetapi cara penangkapan penuh dengan unsur magis dan ritual suci ini biasanya berupa jaring dengan ukuran cukup besar. Sebelum jaring itu ditebar ke sungai terlebih dulu dilakukan ritual. Continue reading “Tradisi Berburu Patin Kualo di Pelalawan”

Paus Terdampar di Malaysia Akhirnya Mati


Seekor ikan paus ditemukan mati di pesisir pantai Malaysia, Selasa, dua hari setelah para penyelam mencoba menyeretnya ke tengah laut di lokasi mereka temukan. Terlihat banyak luka di tubuh paus itu

Direktur Departemen Perikanan Sabah Rayner Stuel Galid mengungkapkan, bangkai ikan paus Bryde abu-abu perak sepanjang 24 meter ditemukan oleh nelayan pada Minggu pagi dalam air yang dangkal di Pulau Gaya di Sabah, Malaysia timur. Continue reading “Paus Terdampar di Malaysia Akhirnya Mati”

Wisata Air, Eksotisme Danau Rawa Pening


Ungaran, Taman wisata Rawa Pening berada di 4 kecamatan, yakni Ambarawa, Tuntang, Bawen dan Banyubiru. Untuk dapat masuk ke obyek wisata ini, pengunjung dapat masuk melalui jalan Raya Semarang Salatiga, maupun jalan raya Salatiga-Ambarawa Kabupaten Semarang.

Keindahan Rawa Pening ini dapat dinikmati pada saat pagi hari, karena tempat wisata Rawa Pening ini menawarkan keindahan danau pada waktu pagi.

Loket yang dibuka mulai pukul 8.30 hingga pukul 21.00 tersebut, memberikan kesempatan untuk pengunjung dapat berekreasi bersama keluarga di taman Rawa Pening, karena memang desain taman yang asri di taman Rawa Pening sangat cocok untuk rekreasi bersama keluarga, yang dilengkapi dengan penginapan yang ada di sekitar Rawa Pening, selain menikmati keindahan danau di Rawa Pening. Pengunjung dapat menyewa perahu yang telah disediakan di dermaga danau, pengunjung bisa berkeliling danau dan melihat banyaknya eceng gondok dan kehidupan nelayan dirawa pening tersebut.

Untuk menyewa perahu yang berkapasitas 10 sd 15 orang ini, pengunjung dapat menyewanya seharga Rp 25.000/jam, jadi untuk menghemat lebih baik menunggu orang lagi yang ingin menaiki perahu tersebut.

Pada malam hari banyak orang yang datang ke wisata rawa Pening ini untuk menikmati sajian ikan bakar, karena diareal luar taman banyak terdapat kedai dan rumah makan tradisional yang banyak menyediakan ikan gurame bakar.

Sementara bagi pengunjung yang hobi memotret/fotografi, keindahan Rawa Pening ini sangatlah unik. Terutama di pagi hari pada saat sunrise, sangat disarankan pengunjung datang ke taman Rawa Pening pada jam 5.00 pagi pada saat sunrise. Dan menunggu di dermaga tepi danau untuk memotret keindahan panorama danau Rawa Pening, konon suasana pagi dirawa pening sangat misterius dan mistis. Dan sangat indah untuk diabadikan lewat sebuah kamera. Continue reading “Wisata Air, Eksotisme Danau Rawa Pening”

Biota Laut Rusak Akibat Eksploitasi Perahu Gardan


Keindahan panorama di bawah laut di perairan seluruh Indonesia kini tampaknya sudah cukup memprihatinkan. Tidak terkecuali di perairan pantai di sekitar pinggiran Sletereng, yang sudah sekian lama mengalami kerusakan. Hal itu tampaknya banyak oknum pengusaha yang memanfaatkan keuntungan secara pribadi tanpa memikirkan pelestarian dan kelestarian panorama keindahan alam bawah laut.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Redaksi KabarIndonesia menyebutkan bahwa salah satu oknum pengusaha yang diduga meng-eksploitasi (memeras kekayaan alam) kekayaan alam bawah laut di Desa Sletreng tersebut yakni berinisial Arw (34), pemilik perahu garden yang juga warga Desa Sletreng tersebut selalu memanfaatkan kekayaan alam bawah laut demi keuntungan bisnis pribadinya, dengan cara menjual karang-karang dan terumbu karang ke Banyuwangi, dan di Banyuwangi ada seorang pengusaha yang mengekspornya ke luar negeri. Continue reading “Biota Laut Rusak Akibat Eksploitasi Perahu Gardan”

Eksistensi Taman Nasional Rawa Aopa


Mungkin kita tak asing lagi mendengar nama ini, “Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW)”. Sebuah kawasan konservasi yang orang Sultra menyebutnya sebagai daerah perlindungan Rusa.

Sejak dulu, kawasan ini terkenal dengan polulasi Rusa dan Maleonya.   Secara administrasi, kawasan ini masuk dalam empat wilayah kabupaten. Yaitu, Konawe, Konawe Selatan, Kolaka, dan Bombana. Sebelumnya, kawasan ini merupakan kawasan hutan Taman Buru Dataran Rumbia dan Suaka Margasatwa Rawa Aopa – Gunung watumohai. Kawasan ini merupakan kesatuan kawasan yang memiliki empat tipe ekosistem di Sulawesi. Yaitu, ekosistem hutan seluas 64.569 hektar, ekosistem rawa 11.488 hektar, ekosistem savana 22.964 hektar dan ekosistem mangrove 6.173 hektar. Keempat ekosistem itu saling bertergantungan. Satu eksosistem rusak, maka akan mempengaruhi ekosistem lainnya. Karena satu-satunya daerah konservasi Sulawesi dengan ekosistem lengkap ada di kawasan ini, maka pada tahun 1990, daerah ini ditetapkan menjadi kawasan Taman Nasional Rawaopa Watumohai (TNRAW) berdasarkan surat keputusan Mentri Kehutanan nomor 756.

Berdasarkan hasil survei petugas balai TNRAW tahun 2002, tercatat, sejumlah 501 jenis tumbuhan dari 110 famili. Diantaranya terdapat beberapa jenis tumbuhan yang dilindungi antara lain Damar (Agathis Hiomii) dan Kasumeeto (Dyospyros Malabarica). Selain itu, kawasan yang teletak di empat wilayah kabupaten ini, memiliki populasi 28 jenis mamalia diantaranya 13 jenis endemik sulawesi), 4 jenis Amphibia dengan 1 jenis endemik sulawesi, 7 jenis reptilia, 8 jenis pisces, 207 jenis Aves diantaranya 38 endemik sulawesi dan 9 endemik indonesia).

Rawa berfungsi sebagai tempat cadangan (reservoir) air dan mengatur air, baik dari daerah tangkapan hujan maupun air limpasan (run-off) sehingga kesatuan ekosistem ini merupakan contoh yang baik dari habitat limpasan banjir dan sumber cadangan air tawar. Sementara pada bagian tengah dan Selatan, daerah tangkapan hujan di G. Watumohai dan G. Mendoke merupakan sumber air bagi sungai-sungai yang mengalir ke daerah pantai. Continue reading “Eksistensi Taman Nasional Rawa Aopa”

Manfaat Cacing Tanah


Beberapa waktu yang lalu di Televisi swasta pernah diberitakan, bahwa di salah satu rumah makan di Jawa Timur, disajikan lauk pauk yang berasal dari cacing tanah. Banyak pelanggan yang menyukainya, bahkan jadi pelanggan tetap. Menurut mereka, selain enak dan gurih, juga bisa meningkatkan vitalitas, badan terasa lebih segar, nyaman dan bisa meningkatkan ereksi alat vital.

Menurut para ahli pengobatan China, ternyata cacing tanah ini telah lama digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit kronis, terutama untuk penyakit tifus, bahkan telah diramu dalam bentuk kapsul, maupun dikeringkan. Biasanya tersedia di toko-toko China.

Saya mencoba mencari informasi dari beberapa literatur, bahkan berwawancara langsung dengan  para pengguna maupun pengelola pengobatan alternatif ini. Hasilnya, saya sajikan dalam tulisan berikut ini. Mudah-mudahan ada manfaatnya.

Cacing tanah, ternyata bukanlah hewan yang asing bagi masyarakat kita, He­wan ini tampak begitu lunak dan bagi sebagian orang menganggap sangat men­jijikan. Akan tetapi hewan ini mempu­nyai potensi yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Cacing tanah ter­masuk hewan tingkat rendah karena ti­dak mempunyai tulang belakang (in­vertebrata). Di Indonesia, cacing tanah dikenal ada tiga jenis, yaitu cacing kalung, cacing merah, dan cacing koot.

Peranan cacing tanah ini sebenarnya telah diketahui sejak dahulu kala. Se­orang ahli Yunani, Aristoteles, banyak menaruh perhatian terhadap cacing tanah. Ia menyebut cacing tanah adalah pe­rutnya bumi.

Pada tahun 69-30 Sebelum Masehi, ratu cantik Cleopatra yang saat  itu berkuasa di Mesir melarang bangsa Mesir memindahkan cacing tanah ke luar dari Mesir, bahkan petaninya di­larang menyentuh cacing sebab pada zaman itu cacing tanah dianggap sebagai Dewa Kesuburan.

Dalam catatan klasik Tiongkok, ca­cing tanah disebut tilung atau naga tanah. Cacing ini sejak dahulu kala me­reka gunakan dalam berbagai ramuan untuk menyembuhkan bermacam-ma­cam penyakit.

Seorang cendekiawan terkenal, Charles Darwin, telah meng­habiskan waktunya selama hampir 40 tahun untuk mengamati kehidupan ca­cing tanah. la menyebut cacing tanah sebagai mahluk penentu keindahan alam dan pemikat bumi. Para petani pun telah mengetahui secara turun-­temurun, bahwa cacing tanah dapat me­ningkatkan kesuburan tanah pertanian.

Di Indonesia, manfaat cacing tanah masih sangat terbatas, yaitu sebagai pakan ternak atau ikan. Akan tetapi, di negara-negara lain cacing tanah juga bermanfaat sebagai bahan obat, bahan kosmetik, pengurai sampah dan seba­gai makanan manusia.

Lahan pertanian yang mengandung cacing tanah pada umumnya akan lebih subur karena tanah yang bercampur dengan kotoran cacing tanah sudah siap untuk diserap oleh akar tanaman. Ca­cing tanah yang ada di dalam tanah akan mencampurkan bahan organik pa­sir ataupun bahan antara lapisan atas dan bawah. Aktivitas ini juga menye­babkan bahan organik akan tercampur lebih merata. Continue reading “Manfaat Cacing Tanah”

Wisata Bahari Taman Nasional Karimunjawa


Karimunjawa adalah sebuah eksotisme di perairan laut Jawa. Keelokan alamnya mampu menghipnotis berjuta pasang mata yang menyinggahinya. Keindahan panorama alam seperti terumbu karang, rumput laut, dan padang lamun dengan biota laut yang beraneka ragam, hutan mangrove, gunung dan sisa hutan tropis dataran rendah, semuanya dalam hamparan yang masih alami sehingga menjadikan kepulauan Karimunjawa sebagai Taman Nasional Laut. Kepulauan ini secara administratif merupakan kecamatan dari wilayah kabupaten Jepara, yang berlokasi sekitar 45 mil arah barat laut kota Jepara.

Luas wilayah teritorial Karimunjawa adalah 107.225 hektar,  sebagian besar berupa lautan (100.105 ha), luas daratannya sendiri adalah 7.120 hektar. Daerah ini beriklim tropis yang dipengaruhi oleh angin laut yang bertiup sepanjang hari dengan suhu rata-rata 26-30 derajat Celcius, dengan suhu minimum 22 derajat Celcius dan suhu maksimum 34 derajat Celcius.

Gugusan kepulauan Karimunjawa yang terletak di perairan laut Jawa ini terdiri atas 27 pulau besar dan kecil. Lima di antaranya adalah Karimunjawa (4302,5 ha). Kemujan (1501 ha), Parang (690 ha), Nyamuk (125 ha), dan Genting (135 ha). Luas kepulauan mencapai 71,2 km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 8.070 jiwa yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan.

Masyarakat Karimunjawa terdiri dari banyak suku yang ada di wilayah nusantara. Antara lain: suku Jawa, Madura, Bugis, Mandar, Bajo. Mereka menetap hampir beratus-ratus tahun sudah, secara turun temurun. Kini, meskipun tak banyak, masih bisa didapati sisa-sisa akar budaya asli yang diwarisi dari nenek moyang mereka. Seperti, dialek bahasa, adat istiadat perkawinan, kontruksi rumah adat dan sebagainya.

Hal tersebut tentunya akan turut memperkaya khazanah budaya taman nasional Karimunjawa sebagai kawasan wisata bahari di Indonesia. Di tinjau dari sisi kekayaan alamnya, Taman Nasional Karimunjawa menawarkan sejuta pesona alam laut yang tak perlu diragukan lagi, bahkan layak dipersandingkan dengan obyek wisata bahari lain seperti Bali dan Bunaken misalnya. Sebagai Taman Nasional Laut (TNL), yang ditetapkan sejak tahun 1988, Karimunjawa memiliki potensi keanekaragaman flora. Flora daratan terdiri atas hutan hujan tropis dataran rendah. Kondisi vegetasi terdiri atas jambon, rokok-rokok, bintangun, walik lor, Ingas, meranti, laban, rumpun, meniran, Sentol, Gondorio dan kepun. Disamping itu di sepanjang pesisir Karimunjawa, Kemujan, Cemara Besar, Cemara Kecil dan Pulau Sintok terdapat tumbuhan mangrove. Jenis tanaman pantai lainnya adalah ketapang, cemara laut, jati pasir, setigi, waru laut. Sedangkan tumbuhan yang menjadi ciri khas adalah dewo ndaru. Kelompok algae terdiri dari algae hijau, algae coklat dan algae merah. Di kepulauan Karimunjawa juga ditemukan 12 familia koral (karang). Ekosistem terumbu karang terdiri atas tipe terumbu karang pantai (fringing reefs) dan terumbu karang penghalang (barrier reefs) dan beberapa taka (patch reef). Kekayaan jenisnya mencapai 51 genus, lebih dari 90 karang keras. Di antara yang paling indah adalah karang merah (tubipora musica). Jenis karang ini ditengarai telah hampir punah. Di kepulauan Karimunjawa juga terdapat 242 jenis ikan hias.

Jenis ini menempatkan keragaman yang lebih kaya dibanding dengan Puerto Rico yang tersohor ikan hiasnya tetapi hanya memiliki 49 jenis, Hawaii (60 jenis), Filipina (109 jenis), Singapura (32), Thailand (45 jenis), Sri Lanka (165 jenis), Kenya (95 jenis) dan Ethiopia (112 jenis). Disamping itu juga terdapat jenis ikan pangan berkualitas unggul seperti ikan ekor kuning, pisang-pisang, kerapu, kakap merah, lencam, kakatua, baronang dan tongkol. Terdapat juga ikan karang, binatang berkulit duri (teripang, bintang laut, bulu babi, lili laut) dan aneka jenis penyu.

Biota laut lain yang dilindungi meliputi kepala kambing, triton terompet, nautilas berongga, batu laga dan 6 jenis kima.Hampir semua pulau di kawasan Karimunjawa memiliki pemandangan darat dan bawah air yang indah dan menakjubkan. Berbagai aktivitas yang bisa dilakukan meliputi scuba diving, snorkeling, trekking, biking dan fishing. Pantai di kepulauan Karimunjawa juga merupakan hamparan pasir putih yang indah. Continue reading “Wisata Bahari Taman Nasional Karimunjawa”

Laut Sulawesi Kaya dengan Ikan Langka


Laut Sulawesi, karena relatif masih bersih dan belum terlalu tercemar polutan seperti tumpahan minyak bumi maupun lainnya, menjadi surga bagi ikan dan biota laut lainnya. Tidak ketinggalan ikan langka semisal Ikan coelacanth yang bernama latin Latimeria menadoensis.

Ikan serupa itulah yang ditemukan warga terdampar di pantai Teluk Palu, Minggu (20/5) pekan lalu. Sayangnya, sebelum diteliti, warga nelayan setempat sudah memotong dagingnya untuk dimakan. Continue reading “Laut Sulawesi Kaya dengan Ikan Langka”

Nelayan Bebas Sianida


Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau dan baru setengahnya yang identifikasi (Data dari Ekspedisi Garis Depan Nusantara 2008 yang merupakan insiatif oganisasi pecinta lingkungan Wanadri dan komunitas budaya Rumah Nusantara. Kegiatan ini didukung Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perhubungan, TNI AL, Bakosurtanal, Medco Energi, KOMPAS, TransTV, dan Trans-7) Jumlah yang besar ini mengindikasikan pula kekayaan flora dan fauna yang dipunyai Indonesia.

Dalam buku yang dikeluarkan Conservation International: “Megadiversity : Earth’s Biologically Wealthiest Nations” (1998) disebutkan bahwa Indonesia berada di urutan kedua dalam hal keanekaragaman hayati. Namun eksploitasi berlebihan pada sumberdaya hayati sekarang ini menjadi isu kritis, dan menjadi masalah besar dalam manajemen keanekaragaman hayati khususnya keanekaragaman biota laut. Isu terakhir yang banyak menyita perhatian adalah kerusakan terumbu karang (coral reef), karena perannya yang sentral dalam ekosistem laut.

Dengan panjang pantai 81.000 km Indonesia bisa dikatakan negara yang memiliki paling banyak ragam terumbu karang di kawasan Asia Pasifik. Luas terumbu karang Indonesia mencapai 51.000 km2 atau setara 18% terumbu karang di dunia. Namun kini keberadaannya terancam, dan diperkirakan tinggal enam persen saja yang masih baik dan utuh. Dari hasil penelitian P3O-LIPI sudah berhasil diidentifikasi 354 tipe dan 75 famili terumbu karang. Terumbu karang mempunyai banyak peran penting. Dengan keberadaannya, terumbu karang dapat mencegah abrasi, karena pantai dan desa-desa yang terletak di dekat pantai terlindungi dari hantaman ombak. Terumbu karang juga merupakan pemasok penting untuk bermacam-macam kegiatan industri, seperti industri farmasi, kesehatan dan industri pangan.

Terumbu karang juga berguna untuk meningkatkan animo masyarakat pada kegiatan diving, karena variasi terumbu karang yang berwarna-warni dan dalam bentuk yang memikat merupakan atraksi tersendiri untuk orang-orang asing maupun turis domestik, sebagaimana misalnya di Maluku, Papua dan Sulawesi Utara. Dan yang jarang diketahui orang adalah kemampuan terumbu karang dalam memproduksi oksigen sebagaimana hutan di daratan, sehingga pesisir laut dapat menjadi habitat yang nyaman bagi bermacam-macam biota laut.

Selama berabad-abad penduduk yang tinggal di dekat pantai “berhubungan” dengan terumbu karang dalam kondisi yang harmonis. Namun dalam beberapa waktu terakhir ini, melalui introduksi teknologi baru dan naiknya permintaan terhadap produksi laut menyebabkan terumbu karang menjadi obyek dari perusakan yang serius. Banyak ilmuwan melihat bahwa penyebab utama kerusakan terumbu karang adalah manusia (anthropogenic impact), misalnya melalui kegiatan tangkap lebih (over-exploitation) terhadap hasil laut, penggunaan teknologi yang merusak (seperti potassium cyanide, bom ikan, muro ami dan lain-lain), erosi, polusi industri dan mismanajemen dari kegiatan pertambangan telah merusak terumbu karang baik secara langsung maupun tidak langsung.

Selama ini nelayan selalu dianggap oleh berbagai pihak lain sebagai perusak lingkungan, khususnya terumbu karang. Beberapa jenis teknologi yang mereka gunakan untuk menangkap ikan itu tidak ramah lingkungan atau merusak lingkungan (unfriendly technology), contohnya adalah penggunaan bom ikan, potassium sianida dan lain-lain. Fenomena yang banyak menarik perhatian banyak pihak adalah nelayan pengguna potassium cyanide (KCN atau potas atau sianida) karena dua alasan. Pertama, tingkat kerusakan yang ditimbulkan senyawa kimia ini terhadap terumbu karang sangat signifikan, dan kedua adalah meningkatnya jumlah nelayan pengguna potassium cyanide ini seiring dengan masa krisis BBM di Indonesia.

Menurut M Imran Amin, dari Telapak dalam bukunya yang berjudul Semprotan Maut di Nusantara, dijelaskan bahwa penggunaan potassium cyanide sudah begitu meluas karena 60 persen nelayan Indonesia masih hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka mengandalkan hidupnya dari mencari ikan. Supaya dapat ikan banyak tanpa perlu melaut (karena harga BBM yang mahal), mereka menyemprotkan potassium cyanide di sela-sela terumbu karang di tepi pantai.

Tanpa perlu melaut, mereka akan mendapat ikan dalam jumlah yang cukup banyak.  Apa sebabnya?  Karena racun Potassium cyanide sangat mudah ditemukan di pasaran dengan harga rata-rata antara Rp40 ribu- 50 ribu per kilogramnya.  Satu kali semprotan sianida atau sekitar 20 cc dapat mematikan terumbu karang seluas setengah lapangan sepak bola (5×5 m2) dalam waktu 3-6 bulan.  Dalam waktu tidak lama terumbu karang berubah warna menjadi putih dan hancur. Masa regenerasi terumbu karang untuk kembali ke kondisi semula membutuhkan waktu sampai ratusan tahun.   Continue reading “Nelayan Bebas Sianida”

Ikan Pari Hebohkan Warga Pantai Pamayangsari


Penangkapan ikan pari (cawang) raksasa seberat 1 ton dengan panjang 5 meter dan lebar sayap ke samping sekitar 2,5 meter oleh nelayan sempat menghebohkan dan menjadi pusat tontonan warga di pantai Pamayangsari, desa Cikawunggading, Kecamatan Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya pada hari Minggu kemarin. Continue reading “Ikan Pari Hebohkan Warga Pantai Pamayangsari”

Coelacanth Latimeria Menadoensis dalam Berita dan Video


Bukan sesuatu yang asing lagi buat saya mengenai ikan purba yang satu ini.  Seingat saya setahun yang lalu, saya pernah mendiskusikannya dengan sang suami yang notabene dia jauh lebih tahu beritanya lebih dulu daripada saya mengenai penangkapan ikan ini sebelumnya di Indonesia untuk pertama kalinya.

Untuk yang kedua kalinya di Indonesia, tepatnya di pantai Menado jenis ikan yang menurut kalangan ilmuwan biota disebut-sebut hidup sejak 400 juta tahun lampau tersebut ditemukan oleh seorang nelayan Justinus Lahama dan anaknya, Delvi Lahama, nelayan warga kelurahan Bahu, Kecamatan Malalayang pada hari Sabtu pagi, tanggal 19 Mei 2007.

Berita ini cukup mengejutkan dunia kembali.  Tampak setiap halaman depan berita-berita media masa terkenal seperti Fox News, Reuters, CNN bahkan dari Verizon News-pun turut mempublikasikan berita ini. Continue reading “Coelacanth Latimeria Menadoensis dalam Berita dan Video”