Penyakit Ikan Karantina Golongan Bakteri


13/08/04 – Informasi: Karantina

Hama dan penyakit ikan karantina golongan bakteri yailtu Aeromonas salmonicida, Renibacterium salmoninarum, Nocardia spp., Edwardsiella ictaluri, Pasteurella piscicida, Aerococcus viridans (var) homari, Mycobacterium spp., Edwardsiella tarda, Streptococus spp. dan Yersinia ruckeri.

Beberapa jenis bakteri tersebut dilaporkan telah terdapat di Indonesia namun belum tersebar luas, yaitu Aeromonas salmonicida di Jawa, Mycobacterium sp. di Jawa dan Sumatera, Edwardsiella tarda di Jawa serta Streptococcus sp. di Sulawesi.

Upaya pencegahan melalui tindakan karantina terhadap ikan-ikan yang diimpor dari luar negeri maupun yang dilalulintaskan di dalam wilayah Indonesia harus dilakukan untuk mencegah masuknya jenis-jenis bakteri yang belum terdapat atau sudah terdapat di Indonesia tetapi belum tersebar luas.

BIOLOGI
Aeromonas salmonicida adalah bakteri yang berbentuk batang pendek dengan ukuran 1,3-2,0 x 0,8-1,3 µm, bersifat gram negatif, tidak bergerak, tidak membentuk spora maupun kapsul, dan bersifat aerob. Bakteri ini tidak dapat hidup lama tanpa inangnya dan suhu optimal bagi pertumbuhannya antara 22-28oC, sedangkan pada suhu 35oC pertumbuhannya terhambat. Dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air laut dan dikenal sebagai penyebab penyakit “furunculosis”.

Renibacterium salmoninarum yang dikenal sebagai penyebab “kidney disease” adalah bakteri yang berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,3-1,5 x 0, 1-1,0 µm, bersifat gram positif, tidak bergerak, tanpa kapsul, sering terdapat berpasangan dan bersifat aerob. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar maupun air laut dengan suhu optimal pertumbuhannya antara 15-18oC, sedangkan pada suhu 25oC perturnbuhannya akan terhambat.

Mycobacterium sp. yang dikenal sebagai penyebab penyakit ” tuberkulosis ikan” (Fish TB), adalah bakteri yang berbentuk batang, dengan ukuran 0,2-0,6 x 1,0-10 µm, bersifat gram positif lemah, tidak bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat aerob. Bakteri ini banyak dijumpai di perairan tawar dan laut maupun tanah dengan suhu optimal pertumbuhannya 25-30oC. Tidak dapat tumbuh pada suhu 37oC kecuali M. marinum, M. fortuitum dan M. chelonei.

Nocardia sp. adalah bakteri yang bentuknya bervariasi yaitu bulat, oval dan batang berfilamen, dengan ukuran diameter 0,5-1,2 µm, bersifat gram positif, bergerak, tidak membentuk kapsul dan bersifat aerob. Bakteri ini tersebar di alam termasuk di air dan tanah. Suhu optimal bagi pertumbuhan Nocardia asteroides antara 28-35oC, sedangkan N. kampachi tidak tumbuh pada suhu 10oC atau 37oC.

Edwardsiella tarda dan E. Ictaluri berbentuk batang bengkok, dengan ukuran 1 x 2-3 µm, bersifat gram negatif bergerak dengan bantuan flagella, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat dijumpai di lingkungan air tawar dan air laut, dengan suhu optimal bagi pertumbuhannya sekitar 35oC, sedangkan pada suhu di bawah 10oC atau di atas 45oC tidak dapat tumbuh.

Pasteurella piscicida berbentuk batang pendek, berukuran 0,6-1,2 x 0,8-2,6 µm, bersifat gram negatif, tidak bergerak, tidak membuat kapsul maupun spora dan bersifat fakultatif anaerob. Bakteri ini dapat hidup di lingkungan air laut dengan kisaran suhu untuk pertumbuhannya 10-39oC. Umumnya yang diisolasi dari ikan dapat tumbuh baik pada suhu 25oC.

Streptoccocus sp. berbentuk bulat atau oval, memanjang seperti rantai, bersifat gram positif, tidak bergerak, tidak membentuk spora atau kapsul dan bersifat fakultatif aerob. Diameter bakteri berukuran 0,7-1,4 µm. Bakteri ini dapat hidup di air tawar dan air laut dengan kisaran suhu bagi pertumbuhannya antara 10-45oC.

Yersinia ruckeri berbentuk batang, dengan ukuran 0,5-0,8 x 1,3 µm, bersifat gram positif, tidak membentuk spora atau kapsul, bergerak dengan flagella peritrichous pada suhu di bawah 30oC, sedangkan pada suhu 37oC tidak membentuk flagella. Bakteri ini dapat dijumpai di air dengan suhu optimal pertumbuhannya 22-25oC.

Aerococcus viridans (var.) homari adalah bakteri yang berbentuk bulat, ada yang berpasangan atau seperti rantai, bersifat gram positif, tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Bakteri ini dapat ditemukan di air tawar atau juga air laut.

Pada umumnya sumber dan cara penularan penyakit akibat serangan bakteri-bakteri tersebut di atas antara lain melalui ikan yang sakit, ikan karir, air yang terkontaminasi, makanan yang terkontaminasi, telur yang terkontaminasi, alat atau pakaian yang terkontaminasi atau melalui bulu burung air.

Untuk Mycobacterium sp. cara penularannya belum diketahui dengan pasti diduga beberapa yang mungkin adalah melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Cara penularan Nocardia sp. pada ikan juga belurn jelas diketahui, sedangkan penularan Aerococcus viridans melalui ikan yang sakit.

Renibacterium salmoninarum dan Yersinia ruckeri dilaporkan menyerang ikan famili Salmonidae, sedangkan Aeromonas salmonicida selain menyerang ikan-ikan famili Salmonilidae juga menyerang ikan-ikan non salmon seperti sidat (Anguilla spp.), chubs (Coregonus zenithicus), dace, tenc, carp, catfish, pike, sculpins, perch, gold fish (Carassius auratus) dan spesies ikan lainnya. Ada indikasi bahwa semua spesies ikan baik tawar ataupun laut dapat bersifat rentan terhadap Aeromonas salmonicida.

Selain menyerang berbagai ikan air tawar ataupun air laut, Mycobacterium sp. dilaporkan juga menyerang katak, jenis-jenis kadal, ular, buaya dan kura-kura maupun penyu. Nocardia sp. dilaporkan menyerang berbagai ikan air tawar dan air laut antara lain rainbaow trout (Oncorhynchus mykiss), brook trout (Salvelinus fontinalis), neon tetra, sepat (Trichogaster trichopterus), paradise fish, gurami dan yellow tail (Seriolla quinquiradiata).

Edwardseilla tarda dilaporkan menyerang ikan-ikan air tawar dan laut antara lain channel catfish (Ictalurus punctatus), chinook salmon (Onchorhynchus tshawyscha). Common carp (Cyprinus carpio), crimson seabream (Evynnis japonicus), japanese flounder (Paralichthys olivaceus), japanese eel (Anguilla japonica), Largemouth bass (Mycropterus salmoides), mullet (Mugil cephalus), red sea bream (Chrysophrys major), striped bass (Morone saxatilis), Tilapia (Tilapia nilotica), Yellow tail (Seriolla quinquiradiata), ular, buaya dan singa laut, sedangkan Edwardseilla ictaluri dilaporkan menyerang channel catfish (Ictalurus furcatus), brown bullhead (Ictalurus nebulosus), blus catfish (Ictalurus furcatus), Danio (Danio devario), green knifefish (Eigemannia virens), Walking catfish (darias batrachus), White catfish (Ictalurus catus).

Stireptococcus dilaporkan menyerang jenis-jenis ikan air tawar dan laut antara lain rainbow trout (Onchorhynchus mykiss), sea trout (Cynoscion regalis), silver trout (Cynoscion nothus), golden shiner (Notemigonus crysoleucas), yellow tail (Seriola quinquiradiata), menhaden (Brevoortia patronus), Sea Catfish (Arius felis), striped mullet (Mugil cephalus), pinfish (Lagodon rhomboides), Atlantic croaker (Macropogon undulatus), spot (Leiostomus exanthus), Sting ray (Dasyatis sp.), Dolphin air tawar (Iniageoffrensis), Sidat (Angulla japonica), Ayu (Leicoglossus altivelis), Amago salmon (Onchorhynchus rhodurus), Jacopever (Paralichthys olivaceus), Striped bass (Morone saxatilis), Blue fish (Pomatomous saltatic), Siganids (Siganus cahaliculatus), Sea Bream (Pagrus major), tilapia (Oreochromis sp.) dan Channel catfish (Ictalurus punctatus).

Pasteurella piscicida dilaporkan menyerang ikan-ikan laut antara lain Ayu (Plecoglossus altivelis), black seabream (Mylio macrocephalus), red seabrearn (Pagrus major), kerapu merah (Epinephelus akaara), yellow tail (Seriola quinquiradiata) dan menhaden (Brevoortia patronus), sedangkan Aerococcus virridans dilaporkan meyerang lobster Amerika.

GEJALA PENYAKIT

Gejala klinis akibat serangan Aeromonas salmonicida pada ikan adalah pembengkakan di bawah kulit yang biasanya menjadi luka terbuka berisi nanah, darah, dan jaringan yang rusak di puncak luka tersebut seperti cekungan, sirip putus atau patah, pendarahan pada insang, petikiae pada otot, usus bagian belakang lengket dan bersatu, serta pembengkakan limpa dan ginjal yang berkembang menjadi nekrosis atau kernatian jaringan.

lkan yang terserang Renibacterium salmoninarum menunjukkan tanda-tanda luar dan dalam seperti mata menonjol, perut kembung, sisik berdiri, pendarahan, abses di beberapa bagian tubuh dan wama kehitam-hitaman, ginjal luka dan berwama abu-abu, kernudian ginjal bengkak dan terjadi nekrosis.

Serangan Mycobacterium sp. pada ikan menunjukkan tanda-tanda seperti mata menonjol, pembengkakan vena, dan adanya luka pada tubuh, mama pucat, lordosis, skeliosis, ulser atau luka dan rusaknya sirip (patah-patah). Adanya bintil berwama putih keabu-abuan pada hati, ginjal dan empedu. Benjolan terdapat di berbagai organ seperti insang, pericardium, mata, empedu, ginjal dan hati.

Gejala klinis pada ikan yang terserang Nocardia sp. adalah pembengkakan pada organ yang terserang (seperti tumor), ulser atau luka pada permukaan tubuh, lemah, nafsu makan menurun dan kurus.

Serangan Edwardsiella tarda dan E. ictaluri pada ikan dalarn tahap infeksi ringan hanya menampakkan luka-luka kecil, Sebagai perkembangan penyakit lebih lanjut, luka bernanah berkembang dalarn otot rusuk dan lambung. Pada kasus akut, luka bernanah secara cepat bertambah dengan berbagai ukuran, kemudian luka-luka terisi gas dan terlihat bentuk cembung menyebar ke seluruh tubuh. Warna tubuh hilang, dan luka-luka merata diseluruh tubuh, jika luka digores, akan tercium bau busuk (H2S).

Ikan yang terserang Streptococcus sp, menunjukkan gejala seperti mata menonjol, pendarahan pada kelopak mata, ginjal membengkak, hati menjadi merah tua dan kerusakan usus.

Gejala yang terlihat akibat serangan Pasteurella piscicida pada ikan adalah wrna tubuh menjadi gelap, pendarahan pada tutup insang dan sirip, serta Iuka pada ginjal dan limpa.

Ikan yang terserang Yersinia ruckeri akan terlihat lamban, warna tubuh menjadi gelap cairan kuning pada usus, perut berisi cairan yang tidak berwarna, pendarahan pada otot dan organ dalam, serta radang pada bagian tertentu seperti mulut, langit-langit, tutup insang dan pangkal sirip.

Tanda-tanda klinis akibat serangan Aerococcus viridans pada lobster tidak jelas, kadang-kadang terlihat warna merah muda pada perut bagian atas.

DAERAH SEBARAN
Furunculosis yang disebabkan oleh Aeromonas salmonicida dilaporkan teiah tersebar luas di dunia yaitu Amerika Serikat, Kanada, Negara-negara Eropa (Perancis, Norwegia, Belgia, Austria dan Swiss), Australia dan Asia termasuk Indonesia (Jawa).

Renibacterium salmoninarum penyebab “kidney disease” sudah menyebar di negara-negara Eropa (Jerman, Spanyol, Italia, Norwegia, Swedia, Yugoslavia, Inggris, Perancis dan Islandia), AS, Kanada, Chili dan Jepang.

Mycobacterium sp. penyebab tuberculosis dan Nocardia sp. penyebab nocardiosis kemungkinan sudah terdapat di seluruh dunia, khusus untuk Mycobacterium sudah terdapat di Indonesia (Sumatera), sedangkan Pasteurella piscicida dilaporkan terdapat di AS, negara-negara Eropa dan Jepang.

Penyebab penyakit Edwardsiellosis, E. tarda dan E. ictaluri sudah terdapat di AS, Jepang, dan Afrika Selatan, khusus untuk E. tarda sudah menyebar sampai Asia Tenggara termasuk Indonesia (Jawa). Streptococcus sp. sudah terdapat di AS, Inggris, Norwegia, Jepang, Afrika Selatan, Teluk Mexico, China dan Indonesia (Jawa), sedangkan Aerococcus viridans dilaporkan terdapat di AS.

KERUGIAN YANG DITIMBULKAN
Serangan penyakit mempunyai dampak negaTif yang segera dapat dirasakan, seperti misalnya kerugian ekonomi yang tinggi. Pada akhir tahun 1980, di Indonesia terjadi kematian sebanyak 125 ribu ekor ikan mas dan 30% induk ikan terjadi di daerah budidaya di Jawa Barat diakibatkan oleh serangan bakteri Aeromonas spp. antara lain A. salmonicida dan menyebabkan penurunan produksi dan kerugian kira-kira 4 milyar rupiah. Pada tahun 1989, di Skotlandia terjadi wabah furunculosis sebanyak 15 kali pada ikan-ikan air tawar dan 127 kali pada ikan-ikan air laut.

Pasteurella piscicida dilaporkan telah menyebabkan kernatian masal ikan ekor kuning (Seriola sp.) di Jepang dengan kerugian sebesar 10 juta poundsterling atau 30 milyar rupiah. Edwardsiella tarda merupakan penyebab penyakit bakteri yang paling serius pada budidaya ikan sidat di Taiwan dan Jepang, sedangkan E. ictaluri pada akhir tahun 1980 dilaporkan telah menyebabkan kernatian masal (lebih dari 50%) anak ikan dan induk ikan lele Amerika di AS. Kerugian yang ditimbulkan mencapai puluhan juta dolar atau puluhan milyar rupiah.

Pada tahun 1970 sampai 1980-an, di Jepang tedadi wabah akibat serangan Streptococcus pada ikan ekor kuning, sidat, ayu dan tilapia yang menimbulkan kerugian sejumlah 30 juta poundsterling atau kira-kira 90 milyar rupiah.

TINDAKAN KARANTINA
Pencegahan sebaiknya dilakukan untuk menghindari tedadinya kerugian besar yang dapat ditimbulkan akibat serangan bakteri.

Tindak karantina mutlak diperlukan dalam usaha pencegahan masuknya jenis-jenis bakteri bersama-sama ikan impor yang sebelumnya tidak terdapat di Indonesia. Selain itu karantina juga mencegah menyebarnya jenis bakteri yang sudah terdapat di daerah pulau tertentu ke daerah / pulau lainnya di dalam wilayah Indonesia. Dengan meningkatkan sistern dan tindakan-tindakan karantina ikan di Indonesia maka usaha peningkatan produksi perikanan dan penyelamatan sumberdaya ikan diharapkan semakin berhasil.

Sumber :
Pusat Karantina Ikan, Departemen Kelautan dan Perikanan
Jl. MT Haryono Kav. 52-53, Jakarta 12770
Telp. 021-79180303, Fax : 021-79183218

2 thoughts on “Penyakit Ikan Karantina Golongan Bakteri

  1. tolong minta info ikan gurame,pada insang terdapat nanah,mata menonjol,ada lendir putih berbau pada otak ikan yang akhirnya mengerogoti tulang ikan sudah lebih dari 2ribu ekor yang mati,pengobatanya gimana

Leave a comment