Ikan Hias Terbaik Ini Hanya Hidup di Kalimantan Barat


ImageIndonesia, negara dengan sumber daya alam melimpah di berbagai bidang, dari pertanian hingga perikanan, yang belum tergarap secara maksimal, dan khusus bidang perikanan khususnya ikan hias, perairan Indonesia memiliki beragam spesies ikan hias baik air laut ataupun air tawar. Khusus untuk perikanan air tawar, perairan Indonesia mempunyai banyak jenis ikan hias, bahkan salah satunya merupakan jenis ikan hias air tawar terbaik di dunia, yaitu Arwana Merah (Sclerofagus Formossus), yang cuma hidup di Kalimantan Barat, yaitu di Sungai Kapuas dan Danau Sentarum.

Ikan Arwana Merah dibagi menjadi empat jenis, yaitu Merah Darah, Merah Cabai, Merah Orange, dan Merah Emas. Ikan ini mempunyai berbagai julukan, yaitu Ikan Naga (Dragon Fish), Barramundi, Saratoga, Pla Tapad, Kelesa, Siluk, Kayangan, Peyang, Tangkalese, Aruwana, dan Arowana. Ikan Arwana merupakan ikan berumur panjang, sanggup mencapai usia sekitar 50 tahun yang membuat ikan ini sangat digemari.
Dengan bentuk tubuh yang kokoh, ikan ini termasuk ikan yang sangat tangguh yang dapat meloncat untuk menangkap serangga hingga sekitar 1-2 meter dari permukaan air. Ramping, dengan gerakan yang pelan, santai, namun dalam sekejap bisa berubah menjadi ganas dan cepat. Tingginya permintaan pasar akan ikan hias ini membuat CITES (Convention of International Trade in Endangered Species of World Flora and Fauna) menetapkan bahwa Ikan Arwana Merah menjadi ikan hias paling dilindungi di kawasan Asia.
dari : viva.co.id/news

Otak Ikan Cere Sama Pintar dengan Manusia


Pada pengujian, mahasiswa punya kemampuan numerik yang kurang lebih sama dengan ikan Cere.

Minggu, 9 Januari 2011, 15:18 WIB

Muhammad Firman

Mosquitofish, atau ikan Gupi, atau ikan Cere (nationalgeographic.com)

VIVAnews – Di Indonesia, Mosquitofish sering disebut dengan ikan Gupi, ikan Seribu, atau ikan Cere. Ikan air tawar ini memakan larva nyamuk dan sangat sosial dalam hidupnya. Saat mereka sedang sendirian, prioritas pertama yang ada di pikirannya adalah menemukan ikan Cere lain.

Dari penelitian terakhir, dalam sebuah eksperimen di lab ternyata ikan itu bisa ‘menghitung’ dan membedakan kuantitas numerik. Tidak hanya jumlah yang kecil misalnya 4 dan 8, tetapi ikan itu juga bisa membedakan antara kuantitas besar seperti 100 dan 200.

“Anda tentu tidak berharap bisa menemukan hal yang menarik semacam ini saat berurusan dengan hewan seperti ikan,” kata Christian Agrillo, ketua tim peneliti dari University of Padova, Italia, seperti dikutip dari NationalGeographic, 9 Januari 2010. “Ini sangat luar biasa,” ucapnya.

Namun, kata Agrillo, kemampuan numerik ini juga berkurang saat rasio antara kedua angka diubah. Efek ini juga terjadi di antara manusia yang disurvey.

Pada eksperimen, seekor ikan ditempatkan pada penampungan. Ia diminta memilih satu di antara dua pintu yang diberi gambar geometrik. Misalnya, pintu A diberi empat gambar geometri, sementara pintu B diberi delapan gambar. Pintu-pintu ini nantinya mengarah ke tempat di mana kelompok ikan-ikan Cere lain berada.

Pada uji awal, ikan tidak tahu harus pergi ke mana dan mereka memilih secara acak. Akan tetapi, sejalan dengan waktu, ikan itu mulai memilih pintu yang tepat. Peneliti kemudian menggunakan lebih banyak gambar di pintu.

“Cukup menarik, sebagian ikan yang diteliti tampak terkejut saat angkanya diubah menjadi ratusan. Mereka berenang ke dalam pintu lalu melihat pada gambar itu seperti layaknya sedang mencoba memahami sesuatu,” kata Agrillo. “Namun, setelah beberapa saat, mereka mulai berhasil menjawab tantangan itu,” ucapnya.

Saat peneliti mengubah jumlah gambar di pintu, diketahui bahwa saat gambar di kedua pintu memiliki jumlah yang makin serupa, tingkat keberhasilan ikan itu dalam menemukan jalan ke kelompok yang tepat semakin menurun.

Sebagai contoh, saat rasio gambar adalah 1 banding 2 (misalnya 8 banding 16) atau 2 banding 3 (8 banding 12), ikan lebih mampu memilih pintu yang tepat. Akan tetapi, ketika rasio diubah menjadi 3 banding 4 (misalnya 9 banding 12), mereka tidak menunjukkan bahwa mereka bisa membedakan perbedaan di antara kedua jumlah itu.

Peneliti kemudian melakukan uji coba yang sama pada manusia. Sebanyak 25 orang mahasiswa diminta melakukan tes yang serupa dengan ujian yang diberikan pada ikan.

Pada percobaan, mahasiswa diminta menentukan perbedaan antara jumlah yang besar dalam waktu dua detik agar tidak cukup waktu untuk menghitung jumlah gambar-gambar geometrik yang ada di pintu.

Meski secara umum manusia lebih akurat dibanding ikan Cere, ternyata kemampuan untuk menilai perbedaan jumlah menurun saat rasio perbandingan angkanya diubah dari 2 banding 3 menjadi 3 banding 4.

Menurut Agrillo dan timnya, hasil ini menambah bukti bahwa manusia, ikan, dan vertebrata lain memiliki kemampuan yang sama dalam memproses angka meskipun manusia memiliki kemampuan yang jauh lebih baik.

• VIVAnews

NIRWANA dan GESIT, Ikan Nila Varietas Baru


Pertengahan Bulan Desember 2006 lalu, Prof. Dr. Komar Sumantadinata, staf pengajar pada Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (BDP-FPIK-IPB), mendapatkan penghargaan sebagai tenaga ahli pemuliaan ikan dari Gubernur Jawa Barat pada upacara rilis nila NIRWANA (nila ras Wanayasa). Penghargaan yang sama juga diperoleh dari Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk pemuliaan ikan nila GESIT (Genetically Supermale Indonesian Tilapia). Pemuliaan ikan nila NIRWANA merupakan kerjasama antara Pemerintah Daerah Jawa Barat dan BPPT, sedangkan pemuliaan ikan nila GESIT bekerja sama dengan BPPT dan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT–DKP) Sukabumi. Continue reading “NIRWANA dan GESIT, Ikan Nila Varietas Baru”

Ikan Louhan Simbol Gengsi


Bagi pencinta ikan louhan,ajang kompetisi dan pameran menjadi kesempatan untuk memamerkan ikan kebanggaan sekaligus wadah berbagi informasi dan silaturahmi. Gengsi ikan louhan yang dicetuskan oleh negara Malaysia itu pun makin tinggi saja.
Keagresifan dan keindahan ikan louhan memang memukau siapa saja yang melihatnya. Tak heran, dengan penampilan yang indah, penawaran harganya pun bernilai jutaan bahkan miliaran. Keindahan tubuh dan warna yang dipancarkan ikan louhan sekan terus dan tak henti menghipnotis bagi para pencintanya. Bahkan,kehadirannya telah dirasakan mampu menghilangkan stres dan segala kepenatan. Tak heran ikan louhan dengan segala keindahan yang dimilikinya tersebut telah merebut hati bagi para pencintanya.

Lewat suatu kompetisi ikan louhan telah memberikan kebanggaan di kelasnya,sekaligus wadah berbagi informasi dan silaturahmi bagi sang pemilik ikan louhan.Toh, lewat suatu kompetisi yang belum lama ini digelar di kota Makassar, Sulsel, mampu memikat hati warga.Berbagai jenis ikan louhan, seperti kamalow,cencu dan chinghwa dan bonsai menarik minat banyak pengunjung. Bukan saja karena bentuk, warna dan markingnya yang menawan, tapi juga karena ikan louhan tersebut terbilang agresif. Diantara jenis ikan louhan yang paling mahal adalah jenis cencu yang transaksinya menyentuh bilangan Rp 2 miliar. Continue reading “Ikan Louhan Simbol Gengsi”

2032 Ikan Terbang Bisa Musnah


Bila tidak dilestarikan dengan baik, jenis ikan terbang di Indonesia pada 2032 akan musnah. Indikasi ini bisa dilihat dari semakin menurunnya jumlah jenis ikan yang banyak ditemui di perairan Sulawesi Selatan dari tahun ke tahun. Demikian diungkapkan Dr. Augy Syahailatua, Kepala Bidang Sumber Daya Laut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam Diskusi FORWARA (Forum Wartawan Kesra) di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra), Jumat (3/4).

Augy yang putra daerah Maluku ini mengatakan, penduduk di pesisir Sulawesi Selatan selama ini memang dikenal memburu ikan terbang, tapi yang paling diburu sebenarnya adalah telurnya.

Para nelayan tersebut bahkan sampai ke Papua Barat untuk mencari telur ikan terbang. Mereka jumlahnya tidak hanya dihitung dengan jari, akan tetapi puluhan kapal yang memburu telur ikan terbang tersebut. “Hitung saja, bila dalam satu kapal itu ada lima orang. Berapa banyak yang pergi untuk memburu telur ikan terbang?” ungkap Augy Syahailatua. Continue reading “2032 Ikan Terbang Bisa Musnah”

Mola mola “Si Kepala Berenang”


Bagi para penyelam profesional dunia, Crystal Bay point di Nusa Penida – Bali adalah surga untuk melihat secara langsung Ocean Sunfish atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mola mola. Mola mola adalah nama Latin dari Ocean Sunfish yang juga banyak ditemukan di perairan selatan benua Australia, Jepang, Taiwan, Hawaii, dan beberapa tempat di Eropa.
Di perairan Pulau Nusa Penida, Mola mola kerap muncul pada kisaran Juni hingga September setiap tahunnya. Mola mola termasuk ikan yang cukup unik, karena tidak memiliki sirip ekor seperti ikan pada umumnya. Ikan raksasa ini berenang menjelajahi samudera hanya dengan menggunakan sirip punggung dan sirip perutnya saja, sementara sirip dada lebih berfungsi sebagai penyimbang.
Dalam taksonomi Mola mola masuk dalam famili Molidae. Di Australia Mola mola merupakan satu dari tiga spesies yang ditemukan hidup di perairan New South Wales. Dua lainnya adalah Southern Ocean Sunfish, dan Slender Sunfish atau Ranzania laevis. Spesies keempat Australia yang tercatat dalam family ini adalah Sharptail Sunfish atau Masturus lanceolatus yang terdapat di sekitar perairan selatan Australia Selatan dan Australia Barat. Continue reading “Mola mola “Si Kepala Berenang””

Ikan Aneh Punya Kepala Transparan


sebuah pesawat tempur, ikan aneh yang ditemukan di Samudera Pasifik ini memiliki kepala cembung yang transparan. Bagian pangkal mata dan organ dalam kepalanya terlihat jelas dari luar.

Foto pertama yang mengabadikan ikan tersebut dalam keadaan hidup-hidup baru dirilis Senin (23/2) lalu meski sudah dibuat sejak tahun 2004. Dari foto tersebut, terlihat bagian paling atas matanya yang berwarna hijau dan lensa mata yang bulat.

Keberadaannya sebenarnya sudah teridentifikasi sejak tahun 1939. Namun, itu hanya dari spesimen yang telah mati. Ikan tersebut biasa disebut barreleye dan memiliki nama ilmiah Macropinna microstoma.

Ikan yang terlihat dalam foto tersebut berukuran panjang sekitar 15 sentimeter. Para peneliti dari Monterey Bay Aquarium Research Institute (MBARI) memotretnya di perairan dalam dekat pantai tengah California. Ini adalah satu-satunya spesies ikan yang punya keunikan tersebut.
kompas.com,26 Februari 2009

Super Red, Rajanya Ikan Hias


Waktu terus berlalu dan membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam dunia hobi ikan hias air tawar. Louhan, misalnya, telah tersingkir setelah mengalami ’’booming’’ di awal tahun 2000-an. Pamor beberapa jenis ikan hias pun mulai menyurut. Tetapi ada dua spesies yang nyaris tak tersentuh perubahan tren: arwana dan koi. Apalagi arwana jenis super red yang tetap disukai penggemarnya.

KALAU tak percaya, silakan surfing di dunia maya. Gunakan mesin pencari seperti google atau yahoo, Anda pasti akan kewalahan melihat begitu banyak informasi terbaru tentang arwana super red (Scleropages formosus var.), baik masalah budi daya (penangkaran), perdagangan, maupun pemeliharaan.

Hampir semua galeri ikan hias di kota-kota besar tak pernah sepi dari pengunjung. Apabila malas berselancar di dunia maya, boleh juga membuktikannya di dunia nyata.

Suara Merdeka pun coba membuktikan hal ini dengan mengunjungi beberapa penjual ikan hias di Jl Agus Salim Semarang, maupun showroom yang menyediakan arwana, termasuk Butik Ikan Hias Arwana yang dikelola Andre Aquarium di Jl Kalimas Barat A3/II, Semarang (024-33153168).

Hampir semua penjual mengaku usahanya tetap eksis, karena ditopang para pelanggan setia. Di butik arwana, misalnya, ada puluhan akuarium berisi super red spesial, yang sebagian sudah dipesan pelanggan. Tidak salah apabila sejak dulu super red dijuluki rajanya ikan hias. Postur tubuhnya yang amat proporsional, dengan tampilan warna merah cerah, membuat penggemar tidak pernah bosan-bosan memandanginya. Mereka seperti terkena sihir.

’’Hanya melihat gerakannya saja, saya sudah puas. Apalagi ketika melihat super red dengan gesit mencaplok jangkrik, udang, atau kodok, wah… sulit digambarkan kepuasannya,’’ tutur Alvin, warga Plampitan, saat ditemui di butik arwana satu-satunya di Semarang itu. Continue reading “Super Red, Rajanya Ikan Hias”

Ikan ‘Nemo’ Berhasil Ditangkarkan Lho…


Ikan badut (clown fish) atau biasa disebut ikan “Nemo”, sesuai karakter di film kartunnya, adalah salah satu jenis ikan hias yang digemari saat ini. Sayangnya, sebagian besar ikan itu berasal dari penangkapan di laut sehingga berpotensi punah jika diambil berlebihan sesuai permintaan pasar.

Akan tetapi, Anda tak perlu khawatir dan merasa bersalah jika ingin memeliharanya. Ikan berwarna dasar oranye itu kini sudah berhasil ditangkarkan. Jadi, untuk mendapatkannya, Anda tidak harus selamanya memiliki ikan Nemo hasil penangkapan di alam. Budi daya merupakan salah satu jalan keluar mengantisipasi hal tersebut.

Belum banyak orang atau lembaga yang bisa menangkarkannya. Salah satu lembaga yang bisa adalah Balai Besar Riset Perikanan dan Budidaya Laut (BBRPBL) Kementerian Kelautan dan Perikanan di Gondol, Buleleng, Bali. “Ada dua jenis clown fish yang berhasil dikembangkan bibitnya di sini. Salah satunya dengan garis hitam yang di pasar lebih mahal harganya. Satunya lagi yang tanpa garis hitam,” kata Dr Nyoman Adiasmara Giri, Kepala Balai, di tempat pembenihan tersebut.

Nemo yang bergaris hitam punya nama ilmiah Amphyprion percula. Adapun yang tidak bergaris hitam punya nama ilmiah Amphyprion ocellaris.

Ia mengatakan, dalamupaya pembenihan tersebut, pihaknya juga menggandeng pihak swasta CV Dinar di Gilimanuk yang bergerak dalam usaha pembesaran dan pengeksporan ikan badut. Perusahaan tersebut awalnya sebagai penyedia indukan untuk penelitian. Namun, mereka kini juga dapat melakukan pembenihan sendiri.

“Dalam setahun, satu pasang indukan Nemo dapat menghasilkan bibit sekitar 50.000 ekor. Tingkat keberhasilan pembenihannya bisa dikatakan ekonomis,” kata Dr Gede Suwarthama Sumiarsa, peneliti perikanan di balai tersebut.

Ia mengatakan, saat ini pihaknya terus melakukan riset untuk meningkatkan kualitas benih dan efektivitas produksi pakannya. Hasil penelitian ini akan disebarkan kepada masyarakat. Balai penelitian tersebut juga mengembangkan model usaha perikanan yang cocok untuk usaha kecil atau untuk skala industri.

Ikan Nemo biasanya dieskpor sebagai ikan hias ke Singapura, AS, dan Hongkong. Nah, kalau sudah ada ikan Nemo hasil budi daya, maka untuk memilikinya kita tak perlu tergantung pada hasil tangkapan di laut, bukan?

kompas.com,22 juli 2010

Ikan Batik Bermuka Manusia, Spesies Baru dari Ambon


Ikan unik dari perairan Ambon dengan bentuk tubuh yang bulat seperti kodok dan motif lurik seperti batik di sekujur tubuhnya ditahbiskan sebagai spesies baru. Hasil pemeriksaan DNA menunjukkan bahwa ikan tersebut berbeda dengan semua jenis ikan yang ada.

Namun yang tak kalah menarik dari penampilan ikan tersebut adalah mukanya yang datar dan mata menonjol sehingga sekilas mirip manusia. Apalagi dengan mulut yang lebar, sesekali terlihat seperti seseorang yang tersenyum.

Keberadaannya pertama kali ditemukan seorang instruktur selam yang bekerja pada sebuah operator wisata setahun lalu di perairan dangkal sekitar Pulau Ambon. Penemuan tersebut langsung dilaporkan kepada Ted Petsch, pakar ikan dari Universitas Washington untuk dipelajari.

“Seperti ikan kodok lainnya, ia punya sirip pada kedua sisi tubuhnya dan tumbuh seperti kaki. Namun, perilakunya belum pernah terlihat pada ikan sejenis lainnya,” ujar Pietsch. Misalnya, ikan yang bertubuh bulat tersebut terlihat sesekali memantulkan diri di dasar laut seperti sebuah bola karet yang bergerak tak beraturan.

Pietsch kemudian memberinya nama spesies psychedelica sesuai gambaran penampilan dan perilakunya. Ikan tersebut masuk dalam genus Histiophryne sehingga nama ilmiahnya Histiophryne psychedelica.

“Saya pikir orang telah begitu mengenal ikan kodok dan menemukan satu ekor yang baru seperti ini sungguh terdengar spektakuler,” ujar Mark Erdman, penasihat senior program kelautan Conservation International. Ia mengatakan penemuan tersebut juga menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies di kawasan habitat yang masuk dalam Segitiga Koral tersebut mungkin masih banyak yang belum terungkap.

Tubuhnya yang sebesar kepalan tangan orang dewasa dilindungi kulit berlipat yang keras sehingga tahan dari gesekan terumbu karang.

kompas.com, 26 Februari 2009

Ikan ‘Nemo’ Berhasil Ditangkarkan Lho…


Ikan badut (clown fish) atau biasa disebut ikan “Nemo”, sesuai karakter di film kartunnya, adalah salah satu jenis ikan hias yang digemari saat ini. Sayangnya, sebagian besar ikan itu berasal dari penangkapan di laut sehingga berpotensi punah jika diambil berlebihan sesuai permintaan pasar.

Akan tetapi, Anda tak perlu khawatir dan merasa bersalah jika ingin memeliharanya. Ikan berwarna dasar oranye itu kini sudah berhasil ditangkarkan. Jadi, untuk mendapatkannya, Anda tidak harus selamanya memiliki ikan Nemo hasil penangkapan di alam. Budi daya merupakan salah satu jalan keluar mengantisipasi hal tersebut.

Belum banyak orang atau lembaga yang bisa menangkarkannya. Salah satu lembaga yang bisa adalah Balai Besar Riset Perikanan dan Budidaya Laut (BBRPBL) Kementerian Kelautan dan Perikanan di Gondol, Buleleng, Bali. “Ada dua jenis clown fish yang berhasil dikembangkan bibitnya di sini. Salah satunya dengan garis hitam yang di pasar lebih mahal harganya. Satunya lagi yang tanpa garis hitam,” kata Dr Nyoman Adiasmara Giri, Kepala Balai, di tempat pembenihan tersebut.

Nemo yang bergaris hitam punya nama ilmiah Amphyprion percula. Adapun yang tidak bergaris hitam punya nama ilmiah Amphyprion ocellaris.

Ia mengatakan, dalamupaya pembenihan tersebut, pihaknya juga menggandeng pihak swasta CV Dinar di Gilimanuk yang bergerak dalam usaha pembesaran dan pengeksporan ikan badut. Perusahaan tersebut awalnya sebagai penyedia indukan untuk penelitian. Namun, mereka kini juga dapat melakukan pembenihan sendiri.

“Dalam setahun, satu pasang indukan Nemo dapat menghasilkan bibit sekitar 50.000 ekor. Tingkat keberhasilan pembenihannya bisa dikatakan ekonomis,” kata Dr Gede Suwarthama Sumiarsa, peneliti perikanan di balai tersebut.

Ia mengatakan, saat ini pihaknya terus melakukan riset untuk meningkatkan kualitas benih dan efektivitas produksi pakannya. Hasil penelitian ini akan disebarkan kepada masyarakat. Balai penelitian tersebut juga mengembangkan model usaha perikanan yang cocok untuk usaha kecil atau untuk skala industri.

Ikan Nemo biasanya dieskpor sebagai ikan hias ke Singapura, AS, dan Hongkong. Nah, kalau sudah ada ikan Nemo hasil budi daya, maka untuk memilikinya kita tak perlu tergantung pada hasil tangkapan di laut, bukan?

kompas.com,  22 Juli 2010

Ikan Cupang, Keunggulan yang Terabaikan


Ikan cupang hias atau Betta splendens selama ini kerap dipersepsikan sebagai ikan ”murahan” dan banyak ditemukan di rawa, empang, ataupun sawah. Dengan harga jual di pasar minimal Rp 1.000 per ekor, keunggulan ikan—yang juga dikenal dengan sebutan ikan laga ini—sering terabaikan dan hanya dijadikan ikan aduan.

Dalam kurun satu dekade terakhir ikan cupang hias yang banyak berkembang di kawasan Asia Tenggara kian populer di mancanegara. Ikan hias ini sering ditampilkan dalam ajang-ajang promosi dan pameran ikan hias internasional.

Harga ikan kecil yang berukuran 3-5 sentimeter itu bisa mencapai jutaan rupiah per ekor.

Ciri menonjol dari ikan yang gerakannya agresif ini adalah warnanya yang menarik dan indah dengan sirip yang lebar dan bisa mekar.

Jenis ikan cupang hias yang banyak diminati adalah cupang alam (wild betta), selain ikan cupang hasil budidaya.

Popularitas ikan cupang hias kian berkilau seiring dengan semakin beragamnya corak ikan cupang. Ini yang membuat pasar ikan cupang tidak seperti ikan hias lainnya, yang naik turun seiring dengan tren selera peminat ikan hias.

Peminat ikan cupang dari Indonesia juga kian berkembang, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di pasar internasional.

Pembudidaya ikan cupang hias di Indonesia pun patut berbangga. Produk ikan cupang hias Indonesia tidak kalah dibanding ikan sejenis yang diproduksi oleh Thailand dan China, dua negara yang dikenal sebagai produsen ikan hias dunia.

Ikan cupang hias jenis serit (crown tail) yang asli Indonesia, misalnya, banyak diburu oleh konsumen dari Asia, Amerika Serikat, dan Kanada. Ikan dengan ekor menyerupai sebuah mahkota itu harganya bisa mencapai Rp 1 juta per ekor. ”Ikan cupang serit dari Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan produk serupa dari luar negeri,” ujar Hendy Wijaya, pembudidaya ikan cupang hias.

Kurang promosi

Namun, sayang, keunggulan ikan cupang hias hasil budidaya para peternak dalam negeri tersebut kalah promosi. Akibatnya, banyak pehobi ikan cupang hias yang membeli ikan cupang dari Thailand.

Bahkan, dalam ajang Kontes Ikan Hias Mas Koki dan Cupang di Raiser Ikan Hias Cibinong, Jawa Barat, Agustus 2009, tidak banyak peminat dan pehobi yang datang menyaksikan kontes tingkat nasional itu. Continue reading “Ikan Cupang, Keunggulan yang Terabaikan”