ASPEK SOSIAL & KESIMPULAN BUDIDAYA MUTIARA


karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

ASPEK SOSIAL EKONOMI

Secara sosial, perkembangan usaha budidaya mutiara ini juga menguntungkan masyarakat disekitar lokasi budidaya. Keuntungan yang diperoleh diantaranya adalah kesempatan kerja yang tersedia dan peningkatan kesejahteraan karena dibangunnya sarana dan prasarana sosial. Di sisi lain, pengusaha budidaya juga diuntungkan oleh masyarakat sekitarnya, yaitu berkaitan dengan aspek keamanan yang sangat rentan dari risiko pencurian dan perampokan. Dukungan dari masyarakat sekitar dan nelayan yang beroperasi diperairan sekitar lokasi budidaya sangat diperlukan. Pengusaha budidaya mutiara membantu masyarakat sekitar, terutama secara materi berupa sumbangan dana yang digunakan untuk pesta laut dan membangun prasarana umum berupa jalan, mesjid, dan fasilitas umum lainnya. Selain itu, dalam musim sepi tangkapan ikan, nelayan yang berada disekitar lokasi sering kali diberikan bantuan berupa beras dan kebutuhan keseharian meraka. Nelayan disekitar lokasi akan memberitahukan atau melaporkan keberadaan kapal yang berada dekat lokasi yang dicurigai akan mencuri.

Secara ekonomi, budidaya tiram mutiara di sekitar Laut Sumbawa dan Selat Alas di Propinsi Nusa Tenggara Barat ini memberikan dampak ekonomi yang positif, diantaranya adalah terciptanya lapangan pekerjaan bagi penduduk yang ada disekitar lokasi budidaya mutiara. Bagi pemerintah daerah, dengan adanya budidaya mutiara ini akan menambah PAD, misalnya untuk pajak, biaya perijinan, dan retribusi (setiap tiram yang dijual dikenakan retribusi 100 rupiah) yang setiap tahun berjumlah antara 25 sampai 100 juta untuk setiap perusahaan.

ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

Budidaya mensyaratkan lokasi yang bebas dari polusi dan pencemaran air serta arus yang tenang. Selama masa pemeliharaan sampai dengan masa panen, tiram mutiara tidak diberikan pakan, akan tetapi tiram mutiara mencari makan dari plankton yang ada didalam laut. Dengan demikian budidaya mutiara ini tidak mencemari dan merusak lingkungan disekitar. Continue reading “ASPEK SOSIAL & KESIMPULAN BUDIDAYA MUTIARA”

ASPEK KEUANGAN BUDIDAYA MUTIARA


karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

PEMILIHAN POLA USAHA

Budidaya tiram mutiara ini menggunakan teknologi sederhana dan modern. Teknologi sederhana berupa rakit tempat pemeliharaan sedangkan tekonologi modern yang digunakan adalah bioteknologi untuk perawatan tiram dari spat sampai tiram siap untuk dioperasi. Usaha budidaya mutiara menggunakan tenaga kerja keamanan dengan biaya yang cukup besar untuk mencegah terjadinya penjarahan.

Siklus produksi adalah 5 tahun sejak awal usaha dengan melakukan penyuntikan pada spat umur 1,5 tahun. Mutiara dapat dipanen 1,5 tahun setelah penyuntikan. Masa tunggu panen kedua dan ketiga dari proses penyuntikan hanya 1 tahun. Setelah panen pertama, tiram dapat disuntik lagi untuk dipanen 1 tahun berikutnya. Penyuntikan dapat dilakukan 3 kali pada tiram yang sama sehingga selama 5 tahun dapat dilakukan 3 kali panen.

ASUMSI DASAR PERHITUNGAN

Tabel 5.1.
Asumsi dan jadwal Kegiatan Budidaya Mutiara

No

Asumsi

Satuan

Jumlah/nilai

1

Periode proyek

Tahun

6

2

Luas tanah dan area budidaya

   
 

Luas tanah untuk kantor dan gudang

m2

2.500

 

Jumlah jalur area budidaya

jalur

30

3

Pembenihan

   
 

Siklus usaha

Tahun

5

 

Lama pemeliharaan

Tahun

1.5

 

Ukuran spat

cm

2-3 cm

 

Ukuran siap dioperasi

cm

minimal 9 cm

 

Intensitas operasi tiap siput

kali

2 – 3 kali

 

Jangka waktu panen 1 dan ke 2

Tahun

1

 

Jangka waktu panen 2 dan ke 3

Tahun

1

4

Harga mutiara dan siput

   
 

a. Spat ukuran 2 – 3 cm

Rp/cm

2.500

 

b. Harga mutiara

Rp/gram

400.000

5

Tenaga kerja

   
 

a. Tetap (termasuk manajemen)

orang

5

 

b. Tidak tetap

orang

3

 

c. Tenaga keamanan

orang

9

6

Pakan untuk spat sampai panen

 

tidak ada

7

Satu tahun

jumlah bulan

12

8

Resiko kegagalan panen

persen

30

9

Isi kolektor

ekor

200 – 300

10

Isi net (waring)

ekor

20

11

Isi keranjang

ekor

10

12

Harga nukleus

Rp/kg

4.000.000

13

Kebutuhan nukleus

kg

10

14

Biaya operasi nukleus ke siput

Rp

10.000

15

Jumlah spat yang dipelihara

ekor

5.000

Sumber : Lampiran 1

BIAYA INVESTASI DAN OPERASIONAL

(1). Kebutuhan Investasi

Secara rinci, kebutuhan investasi untuk proyek budidaya mutiara ini adalah sebagai berikut : Continue reading “ASPEK KEUANGAN BUDIDAYA MUTIARA”

ASPEK PRODUKSI BUDIDAYA MUTIARA


karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

LOKASI USAHA

Ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tiram mutiara. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya, yaitu :

(1). Faktor Ekologi

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram, diantaranya kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme. Batasan faktor ekologi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi lokasi budidaya adalah :

  1. Lokasi terlindung
    Lokasi usaha untuk budidaya tiram mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiara, terutama induk.
  2. Dasar perairan
    Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan berpasir. Lokasi yang terdapat pecahan-pecahan karang juga merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk melakukan budidaya tiram mutiara.
  3. Arus air
    Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam tiram dan mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan adanya limbah dan pencemaran lain.
  4. Salinitas
    Dilihat dari habitatnya, tiram mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang tinggi. Tiram mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt dan 50 ppt untuk jangka waktu yang pendek, yaitu 2 – 3 hari. Pemilihan lokasi sebaiknya di perairan yang memiliki salinitas antara 32 – 35 ppt. Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram mutiara.
  5. Suhu
    Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas biofisiologi tiram di dalam air. Suhu yang baik untuk kelangsungan hidup tiram mutiara adalah berkisar 25 – 30 0 C. Suhu air pada kisaran 27 – 31&degC juga dianggap layak untuk tiram mutiara.
  6. Kecerahan air
    Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air. Lama penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan cangkang. Cangkang tiram akan terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan gelap. Untuk pemeliharaan sebaiknya kecerahan air antara 4,5 – 6,5 m. Jika kisaran melebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan sulit dilakukan. Untuk kenyamanan, induk tiram harus dipelihara di kedalaman melebihi tingkat kecerahan yang ada.
  7. Derajat keasaman
    Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan tiram pinctada maxima berkisar antara pH 7,8 – pH 8,6 agar tiram mutiara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada prinsipnya, habitat tiram mutiara di perairan adalah dengan pH lebih tinggi dari 6,75. Tiram tidak akan dapat berproduksi lagi apabila pH melebihi 9,00. Aktivitas tiram akan meningkat pada pH 6,75 – pH 7,00 dan menurun pada pH 4,0 – 6,5.
  8. Oksigen terlarut
    Oksigen terlarut dapat menjadi faktor pembatas kelangsungan hidup dan perkembangannya. Tiram mutiara akan dapat hidup baik pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut berkisar 5,2 – 6,6 ppm. Pinctada Maxima untuk ukuran 40 – 50 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,339 l/l, ukuran 50 – 60 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 l/l, untuk ukuran 60 – 70 mm mengkonsumsi sebanyak 1,810 l/l.
  9. Parameter lain Continue reading “ASPEK PRODUKSI BUDIDAYA MUTIARA”

ASPEK PEMASARAN BUDIDAYA MUTIARA


karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

PERMINTAAN

Permintaan mutiara dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk kebutuhan ekspor. Sampai saat ini, 26 persen mutiara yang diperdagangkan di dunia, berasal dari Indonesia. Sebenarnya persentase ini dapat ditingkatkan sampai dengan 50% karena potensi kelautan di Indonesia yang sangat potensial. Sebagian besar mutiara yang di perdagangkan di dunia, terserap ke pasar Jepang. Pada tahun 1998, Jepang mengimpor 858.346 momme mutiara dari berbagai negara. Satu momme setara dengan 3,7 gram mutiara. Jumlah ini meningkat untuk tahun berikutnya yang menjadi 1.130.098 momme senilai Y 15.107.000. Secara rinci, jumlah ekspor Indonesia ke Jepang selama tahun 1998 – 200 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1.
Nilai Ekspor Mutiara dari Indonesia ke Jepang Tahun 1998 – 2000

Tahun

Jumlah (momme)

Nilai (Yen)

1998

371.364

6.304.783.000

1999

521.232

7.470.429.000

2000

247.762

3.132.099.000

Penurunan ekpor ini dikarenakan berkurangnya jumlah perusahaan yang melakukan budidaya mutiara di Indonesia. Berkurangnya perusahaan tersebut dikarenakan perginya perusahaan budidaya yang dimiliki oleh orang asing ke negara lain. Faktor jaminan keamanan dari pencurian dan perampokan merupakan salah satu alasan utama pindahnya perusahaan itu dari Indonesia.

Permintaan mutiara dunia tidak ada jumlah pastinya, karena dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya tingkat pendapatan masyarakat, selera, dan kondisi perekonomian secara umum. Berapapun mutiara yang dihasilkan, akan selalu laku dijual dipasar lokal dan pasar internasioonal, asalkan kualitas mutiara yang dihasilkan sesuai dengan yang diminta pasar. Bahkan sebelum panen dilakukan, pembeli besar sudah memesan dan menunggu hasil panen mutiara tersebut.

PENAWARAN Continue reading “ASPEK PEMASARAN BUDIDAYA MUTIARA”

BUDIDAYA MUTIARA


karir anda mentok, karena pendidikan tak mendukung ? lanjutkan kuliah di |

tempat kuliah paling fleksibel SARJANA NEGERI 3 TAHUN – TANPA SKRIPSI ABSENSI HADIR BEBAS – BERKUALITAS – IJAZAH & GELAR DARI DEPDIKNAS MURAH DAPAT DIANGSUR TIAP BULAN -terima pindahan dari PTN/PTS lain
MANAJEMEN – AKUNTANSI – ILMU KOMUNIKASI – ILMU PEMERINTAHAN

022-70314141;7313350 : jl. terusan halimun 37 bandung- utkampus.net

PENDAHULUAN

Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Saat ini Indonesia baru memberikan porsi 26 persen dari kebutuhan di pasar dunia, dan angka ini masih dapat untuk ditingkatkan sampai 50 persen. Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan, baik dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan, maupun kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya mutiara.

Usaha untuk memperoleh mutiara saat ini mengalami perkembangan, semula diperoleh dari hasil penyelaman di laut, sekarang sudah dilakukan dalam bentuk budidaya. Hal ini dikarenakan penyediaan kerang mutiara dari hasil tangkapan di laut bebas terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sehingga tidak dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat. Selain itu harganya pun dari waktu ke waktu semakin meningkat karena besarnya permintaan mutiara, baik dari domestik maupun dari manca negara. Mutiara menjadi barang mewah dan lebih disukai daripada emas, terutama di Jepang. Untuk mengatasi hal itu, usaha menghasilkan mutiara pada saat ini sudah dilakukan secara terintegrasi oleh perusahaan dengan modal besar, dari mulai benih (spat) dari pembenihan atau hatchery hingga pasca panen. Pembenihan secara buatan ini dilakukan oleh beberapa fihak, diantaranya perusahaan besar dengan menggunakan tenaga asing ataupun Balai Budidaya Laut sejak tahun 1991. Spat yang dihasilkan dari hatchery lebih disukai oleh pengusaha budidaya mutiara karena ukurannya relatif sama sehingga waktu pembudidayaan dapat dilakukan bersamaan dalam jumlah yang besar.

Mutiara yang dibudidayakan di Indonesia, terutama di Nusa Tenggara Barat (NTB), Lampung, Irian Jaya, Sulawesi, dan Halmahera merupakan jenis kerang Pinctada Maxima atau di pasaran internasional dikenal dengan Mutiara Laut Selatan (MLS) atau south sea pearl. Di Nusa Tenggara Barat, budidaya mutiara terdapat di perairan laut Sumbawa yang memiliki arus tenang. Jenis kerang ini konon hanya terdapat di perairan laut Indonesia dan Australia. Dilihat dari ukurannya, kerang jenis ini ukurannya lebih besar dari pada jenis lainnya. Ukuran kerang yang besar berpeluang menghasilkan mutiara yang besar pula. Di pasar internasional, 26% MLS merupakan mutiara yang berasal dari Indonesia. Selain Pinctada Maxima, ada pula jenis lain, yaitu : Continue reading “BUDIDAYA MUTIARA”